LAPORAN
PRAKTIKUM
Mata Kuliah :
Teknologi Produksi Dosen :
Maria Ulfa, S.Pt, M.Sc Ternak Unggas
Praktikum ke : 5
Hari/tanggal : Jum’at/14 Maret 2014
Tempat :
Laboratorium Unggas
KUALITAS
TELUR EKSTERIOR
Kelompok J2K4
1.
Aisyah Suryani Siregar (D24135001)
2.
Yudha Endra P (D24135008)
3.
Eliani (D14135005)
4.
Miftahul Ulya (D14135007)
5.
Laila Kholifah Fauziah (D14120081)
6.
Naomi F Aruan (D24120076)
7.
Siti Kuswaldina (D14120107)
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Unggas
adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan.
Domestikasi ini dilakukan dengan tujuan, agar produksi dari unggas tersebut
dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan terutama protein hewani
untuk manusia. Unggas termasuk salah satu ternak yang cukup menguntungkan
karena selain daging dari unggas tersebut, telur yang diproduksi oleh unggas
juga bisa dikonsumsi oleh manusia. Tapi tidak semua telur ini dikonsumsi,
karena telur merupakan bakalan atau calon dari penerus unggas itu sendiri.
Selain dikonsumsi, telur tersebut juga harus melalui proses penetasan agar
individu baru muncul dan spesies unggas tidak punah.
Telur
tetas dan telur konsumsi memang memiliki perbedaan. Telur konsumsi biasanya
telur yang dihasilkan oleh ayam layer dan telur tersebut tidak dibuahi oleh
ayam jantan. Sedangkan telur tetas merupakan telur yang diperoleh dari ayam
betina yang sebelumnya telah dikawini oleh ayam jantan. Salah satu jenis unggas
yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita kenal adalah ayam
kampung. Penetasan telur ayam kampung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
penetasan telur dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau inkubator. Menetaskan
telur berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur
terbuka atau pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup. Penetasan secara alami
melalui induk kurang efektif dan efisien karena terbatasnya telur yang dapat
ditetaskan dalam waktu tertentu.
Penetasan
pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat tergantung dari
jenis hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan,
semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila
bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu hampir
bersamaan. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh
tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya
dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini,
dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas
ini.
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas
adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik
itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan
menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara
alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah
telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan,
dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur. Hal-hal yang mendukung
keberhasilan dari penetasan dengan mesin tetas antara lain adalah telur tetas
itu sendiri harus telur yang fertil yaitu telur dari betina yang di kawini
pejantan, suhu dan kelembaban mesin tetas harus tetap diperhatikan, sirkulasi
udara dalam mesin tetas tetap lancar, pemutaran telur dan juga candling yaitu
peneropongan telur selama proses penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan
embrionya.
Tujuan
Materi yang akan dibahas
dalam praktikum ini adalah mengetahui dan meneliti tentang bobot telur, bentuk telur, kebersihan kerabang, kedalaman
kantung udara, tebal kerabang, abnormalitas, dan peneropongan.
MATERI DAN
METODE
Materi
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum penetasan telur
adalah rak telur, pensil, timbangan, lampu bohlamp, senter, alat ukur berupa
jangka sorong otomatis, dan amplas halus.
Bahan
bahan yang digunakan adalah telur ayam Arab.
Metode
Sebanyak
16 butir telur dipilih dengan memberikan nomor pada permukaan atas dan bawah
telur. Kemudian bobot telur ditimbang pada timbangan yang telah
disediakan.selanjutnya dilakukan peneropongan dengan menggunakan senter atau
bohlamp. Selama peneropongan dilakukan penandaan kantung udara pada bagian
tumpul telur dengan menggunakan pensil. Dilakukan pengamatan keadaan kerabang
telur, posisi kuning telur, utuh, retak atau kotor. Dilakukan pembersihan
dengan menggunakan amplas halus dengan posisi satu arah. Panjang dan lebar
telur diukur menggunakan jangka sorong. Indeks telur diukur dengan
membandingkan lebar dengan panjang dikalikan 100 %.
STUDI PUSTAKA
Bentuk Telur dan Permukaan Telur
Bentuk telur tetas
adalah bulat telur dalam artiaan tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong.
Telur yang tidak normal bentuknya akan menurunkan daya tetas yaitu telur yang
bentuknya normal daya tetasnya sekitar 33,8 % sedangkan telur normal mencapai 71,1
%. Bantuk telur yang tak normal diantaranya lonjong, bulat, terdapat ban
ditengah, kulit tipis/tak berkapur, terlalu kecil, tanpa rongga udara dan
sebagainya
Bentuk
telur yang menyimpang merupakan keabnormalan pada telur. Bentuk telur yang
tidak proporsional berupa, bentuk telur yang tidak bulat dan tidak seimbang
perbandingan panjang dan lebarnya (Sodak, 2011). Panjang dan lebar ini
merupakan dasar penentuan indeks telur, indeks telur merupakan perbandingan
antara lebar dan panjang telur. Bentuk telur dipengarugi oleh lebar tidaknya
diameter isthmus. Apabila isthmus lebar, maka bentuk telur yang dihasilkan
cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit, maka bentuk telur yang
dihasilkan cenderung lonjong ( Piliang, 1992).
Banyak masyarakat yang beranggapan
bahwa bentuk telur tetas yang lonjong akan menghasilkan anak ayam jantan dan
bentuk telur yang bulat akan menghasilkan ayam betina Menurut chan dan Zamroni
(1988), bentuk telur yang lonjong akan cenderung menghasilkan anak jantan dan
bentuk telur yang bulat cenderung menghasilkan ayam betina. Akan tetapi hal ini
belum bisa di buktikan ke akuratannya secara pasti.
Bobot Telur
Bobot telur tetas yang baik adalah yang termasuk
bobot normal sesuai dengan jenis unggasnya misalnya untuk ayam ras sekitar
55-65 g dan ayam kampung 45-55 g. Bobot telur tetas yang ditetaskan juga harus
seragam. Telur tetas yang terlalu kecil atau terlalu besar kurang menguntungkan
untuk ditetaskan. Bobot telur tetas sangat tergantung dari banyak faktor antara
lain : jenis unggas, pakan, lingkungan dan lain-lain.
Hadijah (1987) menyatakan bahwa bobot telur
ternyata dapat digunakan sebagai indicator bobot tetas, dimana telur lebih
berat akan menghasilkan DOC yang lebih berat. Selain itu Coleman (1979)
berpendapat bahwa telur yang mempunyai berat lebih besar akan menghasilkan
bobot tetas yang yang lebih besar dibandingkan
dengan telur yang kecil, tetapi telur yang besar akan menetas lebih lambat.
Selanjutnya Sefton dan siegal (1974) menyatakan bahwa bobot telur denga bobot
tetas mempunyai hubungan korelasi yang positif. Hal ini dibuktikan juga dalam penelitian Liza (1992) yang menyatakn bahwa bobot
telur yang ditetaskan ternyata berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
bobot tetas yang dihasilkan. Akan tetapi tidak
selamanya bobot telur berkorelasi positif dengan bobot tetas,
jika telur yang ditetaskan disimpan lebih dari tujuh hari. Hal ini disebakan
adanya penguapan cairan dari dalam telur, sehingga bobot telur menjadi turun.
Faktor
yang mempengaruhi berat telur yaitu genetik dan umur ayam, pakan, penyakit,
suhu lingkungan, musim, periode produksi (awal atau menjelang akhir), umur
dewasa kelamin, besar tubuh, banyaknya telur yang dihasilkan dan sistem
pengelolaan ayam (North dan Bell, 1990; Dharma et al., 2001). Kehilangan berat telur terjadi seiring bertambahnya
waktu penyimpanan telur. Kehilangan berat telur merupakan salah satu perubahan
yang paling jelas karena penyimpanan telur. Hal ini terutama disebabkan oleh
hilangnya kadar air dari albumen. Penurunan berat telur disebabkan oleh
lepasnya gas, seperti CO2, ammonia, nitrogen , dan kadang-kadang H2S yang
sebagian besar merupakan hasil dari perubahan kimia pada telur (Romanoff dan
Romanoff, 1963).
Warna Kulit telur
Dalam pemilihan telur tetas
yang akan ditetaskan harus dipilih yang seragam (uniform). Pada telur dengan
kulit berwarna, maka kulit dengan warna gelap lebih menghasilkan daya tetas (hatchability) tinggi.
Kulit Telur
Kualitas kulit telur
berhubungan dengan daya tetas. Kulit telur tebal akan memberikan daya daya
tetas lebih baik dari yang tipis. Selanjutnya tekstur kulit harus merata. Kulit
retak/cacat tidak baik untuk ditetaskan.
Umur telur
Umur telur dalam penyimpanan
sebaiknya tidak lebih dari 7 hari. Suhu penyimpanan sekitar 10◦-13◦C 50◦-60◦F.
Telur yang terlalu lama disimpan berakibat penurunan daya tetas.
Kebersihan Telur
Telur kotor sering menyebabkan
menurunya daya tetas. Pembersihan telur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara kering dan secara basah. Pembersihan telur dapat dilakukan dengan air
hangat yang mengandung desinfektan.
Kualitas Telur
Kualitas telur adalah sesuatu yang dinilai,
dilihat dan diamati pada telur untuk perbandingan baik atau tidaknya telur
sehingga dapat dipergunakan untuk kebutuhan konsumen. Kualitas eksternal
dilihat pada kebersihan kulit, tekstur dan bentuk telur, sedangkan
kualitas internal dilihat pada putih telur (albumen) kebersihan dan viskositas,
ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur. Penurunan
kualitas interior dapat diketahui dengan menimbang bobot telur atau meneropong
ruang udara (air cell) dan dapat juga dengan memecah telur untuk diperiksa
kondisi kuning telur dan putih telur (HU).
Penentuan kualitas telur didasarkan pada :
ciri-ciri telur yang berpengaruh terhadap penerimaan konsumen, daya guna telur,
dan keamanannya sebagai bahan pangan. Ada beberapa pengelompokan telur kedalam
beberapa tingkatan tergantung pada negara yang bersangkutan (2,3 atau 4
tingkatan). USDA membagi menjadi 4 tingkatan kualitas yaitu: Grade 1 (AA),
grade 2 (A), grade 3 (B) dan grade 4 (C). Sedangkan Indonesia membagi menjadi 3
tingkatan yaitu mutu 1,2 dan 3 (SNI-1995).
Adupun ciri-ciri penentu kualitas telur yang
harus diperhatikan adalah kerabang telur (kebersihan, keutuhan, bentuk,
kehalusan, dan ketebalan), kantung udara (kedalaman, letak, dan bentuk), putih
telur (kekentalan, dan ada/tidaknya noda), kuning telur (keutuhan, bentuk,
diameter dan ada/tidaknya noda).
Cara penilaian kualitas telup
dapat dilakukan dengan metode peneropongan dan pemecahan. Bagian telur yang dinilai
adalah bagian eksternal (kerabang telur), danbagian internal (kantung udara,
putih telur dan kuning telur).
Kerabang Telur
Kerabang telur merupakan pembungkus telur yang
paling tebal, bersifat keras dan kaku. Pada kerabang terdapat pori-pori
yang berfungsi untuk pertukaran gas. Pada permukaan luar kerabang
terdapat lapisan kutikula, yang merupakan pembungkus telur paling luar.
Untuk kualitas kerabang, banyak faktor yang
berkaitan dengan kualitas kerabang meliputi gizi ternak yang cukup, masalah
kesehatan ternak, manajemen pemeliharaan, serta kondisi lingkungan peternakan.
Kerabang telur mengandung sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan
sisanya seperti magnesium, fosfor, natrium, kalium, seng, besi, mangan, dan
tembaga.
Dalam penentuan kualitas telur secara eksterior,
yang diperhatikan yaitu : Bentuk telur (normal, sedikit normal,abnormal),
bobot/berat telur, panjang telur, lebar telur, keadaan kerabang (bersih, tidak
kotor, tidak pecah/utuh, kedalaman), keutuhan kerabang dapat dilakukan secara
visual atau peneropongan, ketebalan kerabang dengan menggunakan telur utuh
(merendam telur dalam berbagai konsentrasi larutan garam sehinggadiperoleh BJ
telur, mengukus kekuatan kerbng dgn alat khusus.
Kerabang termasuk lapisan gelatinous pembungkus
kerabang yaitu kutikula tersusun atas sebagian besar garam anorgamk, bahan
organik dan sedikit air. Kutikula merupakan yang tidak larut dalam air dan
membungkus kerabang (menutup pori-pori) serta berfungsi sebagai penghambat
masuknya mikrobia ke dalam isi telur. Komposisi kutikula terdiri atas 90 %
protein, polisakarida dan air. Protein penyusun kutikula mengandung glisin,
asam glutamat, lisin, sistin, dan tirosin yang cukup tinggi. Penyusun
polisakarida adalah hexosamin, galaktose, manose dan fucose.
Kerabang tersusun atas bagian-bagian : 1.
Matrix, yang merupakan serabut-serabut protein dan massa sphercaal, 2. Material
kristal calcite. Matrix terbagi menjadi 2 bagian yaitu matrix mammillary dan
matrix spongy.
Rata-rata
keseluruhan interval antara dua telur yang dikeluarkan dalam suatu clutch adalah
27 jam. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur
sebelumnya dikeluarkan. Jika sebutir telur keluar setelah pukul 14.00, ovulasi
berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu 16 – 18 jam.Hal ini berkaitan dengan
kurangnya cahaya yang menstimulasi kelenjar pituitary untuk mensekresikan FSH
yang merangsang kerja ovarium (Suprijatna et al., 2005).
Kantung Udara Telur
Kantung
udara dipengaruhi oleh lama dan suhu penyimpanan telur, kelembaban dan
perubahan internal dari telur (Yuwanta, 2010). Kantung udara telur semakin
bertambah besar karena adanya penguapan air di dalam telur atau penyusutan
berat telur. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat menyebabkan
kantung udara cepat membesar akibat adanya penguapan air di dalam telur
(Romanoff dan Romanoff, 1963).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan telur
selama penyimpanan didapatkan data hasil seleksi telur kelompok J2K4 Jumat
siang dari hari ke-1 sampai hari ke-22. Hasil pengamatan dapat di amati pada
tabel berikut.
Tabel 1. Data hasil seleksi telur kelompok J2K4 jum’at siang
Nomor telur
|
Bobot telur (g)
|
Panjang telur (mm)
|
Lebar telur (mm)
|
Indeks bentuk telur (g)
|
Kebersihan kerabang
|
Keutuhan kerabang
|
Keterangan
|
129
|
52,56
|
52,71
|
41,77
|
79,24
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
130
|
51,22
|
54,74
|
41,44
|
75,34
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
131
|
45,98
|
52,18
|
39,50
|
75,70
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
132
|
44,11
|
49,60
|
39,74
|
80,12
|
Bersih
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
133
|
46,29
|
51,99
|
40,28
|
77,48
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
134
|
54,93
|
53,65
|
41,23
|
76,84
|
Kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
135
|
47,35
|
52,61
|
40,23
|
76,85
|
Bersih
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
136
|
48,88
|
55,35
|
39,86
|
72,01
|
Bersih
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
137
|
49,57
|
51,11
|
41,37
|
80,94
|
Kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
138
|
46,69
|
52,94
|
39,45
|
74,52
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
139
|
49,20
|
53,88
|
40,74
|
75,61
|
Bersih
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
140
|
49,94
|
53,46
|
40,77
|
76,26
|
Kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
141
|
45,42
|
48,04
|
41,15
|
85,66
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
142
|
45,33
|
53,11
|
39
|
73,43
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
143
|
45,92
|
52,12
|
39,47
|
75,73
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
144
|
49,61
|
53,96
|
40,32
|
74,72
|
Agak kotor
|
Utuh
|
Yolk terlihat
|
Sedangkan berdasarkan pengamatan terhadap
perkembangan telur selama penyimpanan didapatkan data peneropongan 1 & 2
hasil seleksi telur kelompok J2K4 Jumaat siang dari hari ke-1 sampai hari
ke-22. Hasil pengamatan dapat di amati pada tabel berikut.
Tabel 2. Data peneropongan 1 & 2 hasil seleksi telur kelompok J2K4
jum’at siang
Nomor telur
|
Bobot telur (g)
|
Peneropongan 1
|
Peneropongan 2
|
Transfer
|
Bobot tetas
|
Keterangan
|
||||
Fertil hidup
|
Fertil mati
|
Infertil
|
Fertil hidup
|
Fertil mati
|
Infertil
|
|||||
129
|
52,56
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
130
|
51,22
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
131
|
45,98
|
Ѵ
|
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
32,89
|
Betina
|
132
|
44,11
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
|
Mati
|
133
|
46,29
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
32,46
|
Jantan
|
134
|
54,93
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
|
|
135
|
47,35
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
|
|
136
|
48,88
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
33,74
|
Jantan
|
137
|
49,57
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
34,57
|
Betina
|
138
|
46,69
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
32,10
|
Betina
|
139
|
49,20
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
53,08
|
Betina
|
140
|
49,94
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
|
|
141
|
45,42
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
32,51
|
Betina
|
142
|
45,33
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
35,50
|
Betina
|
143
|
45,92
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
|
|
144
|
49,61
|
Ѵ
|
-
|
-
|
Ѵ
|
-
|
-
|
|
|
|
Adapun data hasil seleksi akhir rekap kelas
kelompok J2 adalah ada pada tabel dibawah berikut.
Tabel 3. Data hasil seleksi akhir rekap kelas kelompok J2
Keterangan:
Perbandingan DOC jantan : betina = 1 : 2,4
Pembahasan
Telur
tetas dan telur konsumsi memang memiliki perbedaan. Telur konsumsi biasanya
telur yang dihasilkan oleh ayam layer dan telur tersebut tidak dibuahi oleh
ayam jantan. Sedangkan telur tetas merupakan telur yang diperoleh dari ayam
betina yang sebelumnya telah dikawini oleh ayam jantan. Salah satu jenis unggas
yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita kenal adalah ayam Arab. Penetasan telur ayam Arab dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur
dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau inkubator. Menetaskan telur
berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau
pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup. Penetasan secara alami melalui
induk kurang efektif dan efisien karena terbatasnya telur yang dapat ditetaskan
dalam waktu tertentu.
Penetasan
pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
embrio unggas. Lama penetasan telur
ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan,
semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan,
semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya
seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh
tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya
dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini,
dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas
ini.
Pada
prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama
seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga
posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki
kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan
sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan
anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan
seleksi pada telur. Hal-hal yang mendukung keberhasilan dari penetasan dengan
mesin tetas antara lain adalah telur tetas itu sendiri harus telur yang fertil
yaitu telur dari betina yang di kawini pejantan, suhu dan kelembaban mesin
tetas harus tetap diperhatikan, sirkulasi udara dalam mesin tetas tetap lancar,
pemutaran telur dan juga candling
yaitu peneropongan telur selama proses penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan
embrionya.
Penilaian telur secara eksterior sangat penting
dilakukan karena merupakan langkah awal dalam menentukan kualitas telur Proses
penilaian ini dilakukan dengan mengamati pori-pori, kerabang, kutikula, bentuk
telur, kebersihan kerabang, kedalaman kantung udara, berat telur, indeks telur,
tebal kerabang, serta abnormalitas.
Kutikula
atau lapisan gelatinous pembungkus kerabang tersusun atas sebagian besar garam anorganik, bahan organik dan sedikit air. Kutikula merupakan yang
tidak larut dalam air dan membungkus kerabang (menutup pori-pori) serta
berfungsi sebagai penghambat masuknya mikrobia ke dalam isi telur. Komposisi
kutikula terdiri atas 90 % protein, polisakarida dan air. Protein penyusun
kutikula mengandung glisin, asam glutamat, lisin, sistin, dan tirosin yang
cukup tinggi. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, kutikula yang terdapat di
permukaan telur memiliki karakteristik licin, halus, dan agak mengilap.
Pori-pori di bagian permukaan telur berjumlah
sangat banyak dengan ukuran yang sangat kecil pula. Pori-pori berfungsi sebagai
pintu keluar masuk gas CO2 dan uap air H2O hasil
respirasi embrio dalam telur.
Setiap telur paling tidak memiliki 7500 pori-pori, dengan bagian yang terbanyak
pada bagian yang tumpul. Pori-pori telur bisa diamati dengan jelas apabila
menggunakan mikroskop elektron. Praktikum yang dilakukan tidak meneliti
pori-pori dari telur tetas.
Di dalam telur akan
ditemukan kantung udara. Kantung udara ini akan digunakan oleh embrio sebagai
sumber oksigen untuk respirasi embrio. Setelah telur dikeluarkan, telur akan
mengalami pendinginan, komponen dalam telur akan berkontraksi dan akan
membentuk kantung udara. Kantung udara biasanya terdapat pada bagian yang
tumpul. Pada bagian kantung udara biasanya terdapat lebih banyak pori-pori
dibandingkan dengan bagian telur lainnya. Kantung udara akan lebih besar ketika
di musim dingin daripada di musim panas. Ketika telur berumur tua, komponen
dalam telur akan mengalami penurunan selama proses evaporasi air yang
mengakibatkan kantung udara membesar. berdasarkan praktikm yang dilakukan,
telur-telur tetas termasuk telur dengan kondisi yang baik karena kantung udara
semakin besar seiring dengan perkembangan embrio. Kantung udara menjadi salah
satu indikasi perkembangan embrio. Telur yang fertil akan mengalami pembesaran
kantung udara, sedangkan telur yang infertil cenderung memilki kantung udara
yang tetap.
Kerabang telur
mengandung bahan utama berupa kalsium karbonat (CaCO3). Senyawa lain yang
terkandung dalam kerabang telur adalah magnesium, fosfor dan mangan dengan
sedikit kandungan protein. Vitamin D sangat berperan penting dalam pembentukan
struktur kerabang telur. Kerabang tersusun atas dua bagian
yaitu matrix dan material kristal calcite. Matrix merupakan serabut-serabut protein
dan massa sphercaal, matrix
terbagi menjadi 2 bagian yaitu matrix mammillary dan matrix spongy.
Awal
pembentukan kerabang dimulai dari terbentuknya membran dalam dan luar kerabang
yang yang diikuti dengan penyusunan lapisan mamiler yang terikat dengan membran
kerabang bagian dalam dan tersusun dari cone dasar dan membran cone,
selanjutnya penyusunan membran palisadik yang mengandung kapur berupa kalsium
karbonat yang berikatan dengan bahan organik. Bagian terakhir dari pembentukan
kerabang dalam uterus adalah peletakan lapisan kutikula pada permukaan kerabang
sekitar 1,5 jam sebelum peneluran (Suprijatna et al.,2008). Telur yang digunakan pada saat praktikum
menunjukkan kualitas kerabang yang baik, karena tidak terdapat cacat ataupun
abnormalitas pada kerabang.
USDA Egg Grading Manual telah membuat klasifikasi
kualitas telur berdasarkan bentuk dan tekstur kerabang menjadi tiga : yang pertama normal, yaitu kerabang telur
memiliki bentuk normal, termasuk tekstur dan kekuatan kerabang serta tidak ada
bagian yang kasar. Yang kedua sedikit normal, yaitu pada
kerabang telur ada bagian yang bentuknya tidak/kurang beraturan serta ada
bagian yang sedikit kasar, tetapi tidak terdapat bercak-bercak, dan yang
terakhir abnormal, yaitu bentuk kerabang
tidak normal, tekstur kasar, terdapat bercak-bercak atau bagian yang kasar pada
kerabang.
Kualitas eksterior telur juga dapat dilihat dari warna
kerabang telur. Semakin terang warna coklat telur
maka rata-rata kedalaman rongga udaranya semakin besar. Hal ini dapat
disebabkan karena penguapan air dan gas yang ada di dalam telur tejadi lebih
cepat pada telur yang berwarna coklat terang karena telur yang berwarna coklat
terang memiliki kerabang yang lebih tipis (Jazil et al,. 2013). Telur yang baik memiliki
ketebalan kerabang 0,33 mm. Apabila lebih dari 0,33 mm akan menyulitkan anak ayam untuk
menetas, sedangkan apabila kurang dari 0,33 mm telur akan sangat rentan
terhadap keretakan.
Penampilan telur yang baik adalah bersih dari
kontaminan dan tidak mengalami keretakan. Penampilan kerabang yang tidak baik
diakibatkan oleh nutrien rendah, air yang terlalu asin, suhu kandang tinggi,
penyakit, dan penanganan telur yang tidak baik. Salah
satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur adalah umur ayam, semakin
meningkat umur ayam kualitas kerabang semakin menurun, kerabang telur semakin tipis, warna kerabang semakin memudar,
dan berat telur semakin besar (Yuwanta 2010).
Untuk menentukan bentuk telur, harus diketahui
bentuk telur yang ideal. Bentuk telur yang ideal adalah oval. Indeks telur
yang normal berkisar pada nilai 74, dengan lebar 4.2 cm dan panjang 5,7 cm. Telur
dengan indeks 72 terlalu panjang, sedangkan telur dengan indeks 76 terlalu
bundar. Penentuan indeks telur dapat
menggunakan rumus berikut ini :
Indeks
telur = Lebar telur x
100%
Panjang telur
Telur tetas kelompok
4 memilki indeks telur rata-rata76,92, yang berarti telur tetas tersebut
terlalu bulat. Belum diketahui pasti pengaruh indeks telur terhadap daya tetas
telur tersebut.
Berat telur dapat digolongkan yaitu sebagai berikut : jumbo (>65
gram), extra large (60-65 gram), large (55-60 gram), medium (50-55 gram), small
(45-50 gram), dan peewee (<45 gram).
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, telur tetas
kelompok J2K4, terdapat 13 telur yang termasuk ke dalam golongan small,
sedangkan 3 butir telur lagi termasuk golongan medium. Faktor yang berpengaruh
pada berat telur adalah genetis, pakan dan umur (Yuwanta, 2004).
Secara terperinci, kualitas telur secara eksterior
dibagi menjadi 4 yaitu : AA (baik sekali), A (baik), B (sedang), C
(rendah).
Kualitas telur secara eksterior
Item
AA
A
B
C
|
Kerabang
Bersih
Bersih
Kotoran 1/32-1/16 Kotoran>16
Tidak pecah Tidak pecah Tidak
pecah Tidak
pecah
Bentuk telur
Normal
Normal Kadang
tidak Kadang tidak
normal
normal
|
KESIMPULAN
Kualitas eksterior telur dapat dilihat dari
kondisi kerabang, lapisan kutikula, warna kerabang telur, panjang telur, lebar
telur, bentuk telur dan indeks telur. Kualitas eksterior telur akan menjadi
faktor tama dalam pemilihan telur tetas.
DAFTAR
PUSTAKA
Hendrix Genetic Company. 2009.
ISA Brown Nutritional Management Guide.http://www.isapoultry.com.
Diakses tanggal 12 Maret 2011 pk.20.04.
Jacob, J.P., R.D. Miles, dan F.B.
Mather.2009. Egg Quality.InstituteofFoodand
AgriculturalSciencesUniversityofFlorida,Gainesville.
Jazil N, A, Hintono, S Mulyani.2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan
intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Vol. 2 No. 1
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Suprijatna, E. dan R. Kartasudjana. 2006. Manajemen
Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jazil N, A, Hintono, S Mulyani.2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan
intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Vol. 2 No. 1
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
a
BalasHapusBYTEG MURAH, AWET, HANDAL, DAN CANGGIH
BalasHapus