Mata
Kuliah : Industri Pakan Dosen :
Hari/tanggal : Jumat, 20-02-14 Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc
Dr.
Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc
PENGUKURAN KADAR
AIR BAHAN DAN AKTIVITAS AIR BAHAN
Kelompok 1 :
Ayu Vera A D14124006
Agustin Herliatika D24110004
Raden Nopiani H D24110059
R. Hana Nurfitriani A D24110067
Lukman Maulana D24110082
Eko Aprian U. D24135002
Yudha Endra P. D24135008
Rahma Febriana D24135004
DEPARTEMEN ILMU
NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beragamnya kualitas bahan pakan yang tersedia selama ini
merupakan salah satu kendala dalam penyediaan pakan berkualitas. Hal tersebut
dipengaruhi karena kandungan kadar air dalam bahan pakan. Kadar air di dalam
suatu bahan pakan menunjukan jumlah air yang terikat di dalam jaringan bahan
pakan tersebut. Kadar air dalam bahan pangan dapat
menjadikan indikator daya simpan bahan
pakan tersebut. Dalam mencegah kekurangan bahan baku pada musim tertentu,
banyak industri pakan menyimpan bahan baku dalam jumlah banyak agar proses
produksi dapat terus berjalan. Penyimpanan merupakan salah satu bentuk tindakan
pengamanan yang selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan
dan menjaga komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, menghilangkan
berbagai faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut.
Metode yang berkembang
dalam pengukuran kadar air dan aktifitas air (Aw) dalam bahan pakan yaitu
dengan metode oven pengering. Metode tersebut hanya membandingkan bobot segar dengan bobot setelah mengalami
pengovenan. Selain itu, kegiatan pemeriksaan kadar air bahan dan produk secara
cepat yang dibutuhkan sebelum kegiatan penerimaan bahan baku yang dipesan
ataupun sebelum produk digunakan, maka pilihan pemeriksaan kadar air dilakukan
dengan alat Infra Red Moisture Meter
dan Rika Moisture Meter serta Aw meter yang dapat di aplikasikan di
lapangan.
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar air bahan dan aktivitas kadar
air dalam suatu bahan pakan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Water
activity ( aktifitas air)
Aktivitas air merupakan air bebas yang dapat digunakan untuk metabolisme jasad renik. Semakin besar
kandungan air dalam material akan memiliki kecenderungan pula ketersediaan air
bebas yang dapat digunakan metabolisme jasad renik, maka kedua variabel
tersebut memiliki hubungan korelasi positip. Oleh karena itu, hubungan bahan
organik dengan nilai aw baik dalam giling maupun dalam biji berkorelasi negatif,
karena korelasi kandungan air dengan bahan organik berkorelasi negatif,
sedangkan kandungan air berkorelasi positip dengan nilai aw. Aktivitas
air sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif (Hall, 1980). Aktivitas air
merupakan jumlah air didalam bahan yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba
(Winarno, 1991).
Aktivitas air yang
tinggi berdampak pada semakin meningkatnya jumlah mikroorganisme yang tumbuh
pada bahan selama penyimpanan. Aktivitas air diatas 0,8, laju kerusakan
mikrobiologis kimiawi dan enzimatik berjalan dengan cepat (Alamsyah, 2004). Aktivitas
air bahan pakan meningkat seiring dengan lama penyimpanan. Penambahan zeolit
pada jagung dapat menghambat peningkatan aktivitas ai). Peningkatan suhu juga
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas air pada kadar air yang sama, juga
meningkatkan laju reaksi kerusakan yang terjadi (Yusawisana, 2002).
Kadar Air
Kadar air merupakan persentase kandungan air
suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat
kering. Kadar air berdasarkan berat
basah adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat total
bahan, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering adalah perbandingan antara
berat air dalam suatu bahan dengan berat kering bahan tersebut (Syarif dan
Halid, 1993).
Jagung
Jagung dipanen dalam keadaan matang,
mengandung kadar air 22 – 25% dan dikeringkan secara buatan mencapai 15 – 16%
untuk disimpan dan dijual (STANLEY, 2003).
Jagung dalam matang fisiologis masih dalam kadar air tinggi (di atas
35%), dan terjadi pengeringan jika dibiarkan tetap tinggal di batang, hanya
saja mudah diserang oleh serangga dan cuaca. Keamanan selama penyimpanan
tergantung pada kondisi biji, jenis, kondisi penyimpanan dan iklim. Biji jagung
dapat disimpan lebih dari satu tahun jika kadar air 13% (Watson, 2003).
Kacang tanah
Salah satu penanganan pasca panen
kacang tanah yang biasa dilakukan adalah pengeringan dengan segera setelah
panen. Dengan melakukan pengerinagn, kadar air kacang tanah akan mengalami
penurunan sampai batas aman tidak ditumbuhi mikroorganisme. Kadar air biji
kacang tanah saat panen berkisar antara 35-50% dan pada kondisi tersebut jamur
dari jenis Aspergillus akan tumbuh dan membentuk aflatoxin. Kadar air yang aman
untuk mencegah kontaminasi jamur pada kacang tanah adalah kurang dari 10% (
Astanto, 2004)
Kacang hijau
Kandungan gizi kacang hijau cukup
tinggi dan komposisinya lengkap.
Kandungan gizi dalam 100 g kacang hijau adalah 345,00 kalori energi;
22,00 g protein; 1,20 g lemak; 62,90 g karbohidrat; 10,00 g air; 125,00 mg
kalsium; 320,00 mg fosfor; 6,70 mg zat besi; 157,00 SI vitamin A; 0,64 mg
vitamin B1; 6,00 mg vitamin C (Rukmana, 1997); 6 mg natrium; 1132 mg kalium;
4,4 g serat (Duke, 1981).
Pellet
Menurut Hartadi et al. (1990), pelet
dikenal sebagai bentuk massa dari bahan pakan atau ransum yang dibentuk dengan
cara menekan dan memadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis. Proses pembuatan pelet dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu: 1) pengolahan pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan, dan
penggilingan, 2) pembuatan pelet meliputi pencetakan, pendinginan, dan
pengeringan, dan 3) perlakuan akhir meliputi sortasi, pengepakan dan
penggudangan. Tujuan pembuatan pakan
dalam bentuk pelet adalah untuk meringkas volume bahan, sehingga mudah dalam
proses pemindahan, dan menurunkan biaya pengangkutan. (Tjokroadikoesoemo,
1986).
MATERI DAN
METODE
Materi
Pada praktikum pengujian kadar air bahan-bahan yang
diperlukan pada percobaan ini diantaranya adalah kacang kedelai, jagung kuning, kacang hijau, sekam, pollard, pellet, dedak
dan millet putih. Sedangkan peralatan
yang digunakan yaitu Rika Moisture Meter dan Aw meter.
Metode
- Pengukuran Kadar Air
Pertama,
alat dibersihkan terutama tempat yang berhubungan dengan sampel. Tombol adjuster diputar untuk pengukuran
kalibrasi. Sampel secukupnya
diletakkan diatas tempat sampel lalu dimasukkan ke dalam laci. Tombol
untuk pembacaan skala diputar pada angka 19 untuk bahan dengan kadar air max 19
% dan ke angka 30 untuk bahan dengan kadar air max 30 %. Penekan dimasukkan ke dalam lubang tempat sampel. Penekan ditekan sampai mengenai sampel
dan memecah kulit sampel bijian. Skala
dibaca dan dicatat sebagai ukuran kadar air bahan. Skala koreksi diperhatikan,
jika batas pembacaan berada di atas angka 0 maka pembacaan skala ditambahkan
skala koreksi tersebut, begitu juga sebaliknya. Dalam penanganan pergantian sampel, bagian yang berhubungan dengan
sampel pada Rika Moisture Meter dibersihkan sampai bersih dan kering.
- Pengukuran Aktivitas Air (Aw)
Aw meter dikalibrasikan
dengan memasukkan cairan BaCl2 . H2O teknis ke dalam
tempat sampel. Alat Aw meter ditutup dibiarkan 3 menit sampai angka pada skala
pembacaan Aw menjadi 0,9. Aw meter dibuka dan tempat sampel dibersihkan. Sampel
dimasukkan dan alat ditutup, ditunggu hingga 5 menit. Setelah 5 menit, skala Aw
dibaca dan dicatat. Lalu perhatikan skala temperature untuk faktor koreksi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan pada
kadar air jagung, kacang hijau, millet putih, dan kedelai menunjukkan nilai
yang berbeda pada nilai skala yang terbaca di tiga kali pengulangan. Nilai
kadar air dari keempat bahan tersebut dapat dilihat pada tabel 1
Tabel
1. Hasil pengukuran kadar air
Nama Bahan
|
Skala Pembacaan (%)
|
Kadar Air (%)
|
Waktu Pengamatan
|
Jagung
|
13,2; 14,4; 15
|
14,2
|
15 detik
|
Kacang
Hijau
|
10,2; 10,7; 9,9
|
10,2
|
15 detik
|
Millet
Putih
|
11,7; 11,6; 11,7
|
11,6
|
15 detik
|
Kedelai
|
16,2; 14,8; 14,4
|
15,1
|
15 detik
|
Hasil pengamatan pada
Nilai Aw dedak kasar, pollard, sekam, dan pellet menunjukkan nilai yang berbeda
pada nilai skala yang terbaca. Nilai Aw dari keempat bahan tersebut dapat
dilihat pada tabel 1
Tabel
2. Hasil pengukuran Aw
Nama Bahan
|
Pembacaan Skala AW
|
Pembacaan Skala Temperatur
|
Nilai Aw
|
Dedak
Kasar
|
0,61
|
39
|
0,99
|
Pollard
|
0,59
|
40
|
0,99
|
Sekam
|
0,59
|
40
|
0,99
|
Pellet
|
0,60
|
40
|
1,00
|
Pembahasan
Kadar
air dari suatu bahan pakan merupakan salah satu indikator kualitas dari suatu
bahan pakan. Kadar air suatu bahan pakan akan sangat menentukan dalam hal
teknis penyimpanan, penanganan dan pengolahan menjadi pakan. Bahan pakan yang
mengandung kadar air yang lebih tinggi umumnya akan lebih rentan terkena
kontaminasi mikroorganisme seperti jamur yang dapat menurunkan daya guna dari
suatu bahan pakan tersebut. Penyimpanan bahan baku pakan menghendaki kadar air
yang rendah dengan kisaran 12-15%. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan
paparan mikroorganisme yang dapat
mengkontaminasi bahan pakan yang selanjutnya dapat merugikan industri
peternakan yang memakain pakan tersebut.
Banyak metode yang telah berkembang untuk mengukur kadar air suatu bahan pakan. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah dengan membandingkan bobot segar dengan bobot setelah mengalami penjemuran atau pengovenan. Cara lain yang efektif dan efisien untuk menghitung kadar air adalah menggunakan alat digital moisture meter yang dapat menentukan kadar air suatu bahan secara singkat (Yani, 2001). Praktikum kali ini menggunakan alat pengukur kadar air dengan menggunakan infrared, yaitu infrared moisture meter.
Banyak metode yang telah berkembang untuk mengukur kadar air suatu bahan pakan. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah dengan membandingkan bobot segar dengan bobot setelah mengalami penjemuran atau pengovenan. Cara lain yang efektif dan efisien untuk menghitung kadar air adalah menggunakan alat digital moisture meter yang dapat menentukan kadar air suatu bahan secara singkat (Yani, 2001). Praktikum kali ini menggunakan alat pengukur kadar air dengan menggunakan infrared, yaitu infrared moisture meter.
Hasil
pengukuran kadar air menggunakan infrared moisture meter telah disajikan pada
tabel 1 sebelumnya. Berdasarkan
hasil parktikum, rata-rata kadar
air empat bahan pakan yaitu jagung, kacang hijau, millet putih dan biji kedelai
berturut-turut adalah sebesar 14,2%, 10,2%, 11,6% dan 15,1%. Menurut AAK (2010)
kadar air yang normal biji jagung untuk pakan adalah 14%, tidak jauh berbeda
dengan nilai yang didapatkan pada praktikum. Begitu juga untuk ketiga bahan
lainnya. Nilai yang didapat dari pengukuran kadar air menggunakan infared
moisture meter tidak berbeda jauh dari literatur. Hal tersebut mungkin terjadi
karena kondisi penyimpanan dan umur bahan pakan yang berbeda-beda menyebabkan
terjadinya perbedaan kadar air yang tidak begitu signifikan dan masih dalam
nilai yang dapat ditolerir.
Aktivitas
air (Water Activity) adalah jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroba
untuk pertumbuhannya. Istilah aktivitas air digunakan untuk menjabarkan air
bebas dalam suatu sistem yang dapat menunjang reaksi biologis dan kimiawi. Air
yang terkandung dalam bahan, apabila terikat kuat dengan komponen bukan air
lebih sukar digunakan baik untuk aktivitas
mikrobiologis maupun aktivitas kimia hidrolitik (Fennema, 1985). Water
Activity memberikan data stabilitas mikroba suatu produk yang disimpan. Pada
pengukuran aktivitas air (Aw) bahan yang diamati adalah dedak kasar, pollard,
sekam, dan pellet. Nilai aktivitas air (Aw) dari setiap bahan ini berbeda-
beda. Untuk dedak kasar memiliki nilai kadar air (Aw) 0,99%, pollard memiliki
nilai aktivitas air (Aw) 0,99% . Sekam memiliki nilai kadar air (Aw) 0,99%, dan
pellet memiliki nilai kadar air (Aw) 1,00% . Menurut Supriyono (2003), bahan
pangan atau pakan yang mempunyai Aw 0,70
sudah dianggap cukup baik untuk disimpan, karena pada kondisi tersebut mikroba
tidak dapat hidup. Sehingga untuk keempat bahan diatas dapat dikatakan memiliki
nilai aktivitas air (Aw) yag tidak baik. Karena dengan aktivitas air tinggi
akan menghasilkan air bebas yang tinggi, dan sebagai konsekuensinya
kelembababan relatifnya tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan mikroorganisme
mudah berkembang dan bahan pakan kurang
aman disimpan dan dikonsumsi oleh ternak. Ayu (2003) menyatakan bahwa pengukuran
Aw mencerminkan air bebas yang terdapat dalam bahan pakan atau kelembaban
relatif kesetimbangan ruang penyimpanan bahan. Aktivitas air menjadi tinggi
disebabkan kerana terlalu lama bahan disimpan.
Menurut Yusawisana (2002), aktivitas
air bahan pakan meningkat seiring dengan lama penyimpanan. Peningkatan suhu
juga berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas air pada kadar air yang sama,
juga meningkatkan laju reaksi kerusakan yang terjadi.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan kadar air bahan
pakan mempunyai kadar air yang rendah sehingga kemungkinan terkontaminasi
mikroorganisme rendah. Namun, pengamatan
aktivitas air (Aw) bahan pakan tinggi. Sehingga aktivitas air
tinggi akan menghasilkan air bebas yang tinggi, dan sebagai konsekuensinya
kelembababan relatifnya tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan mikroorganisme
mudah berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK.
2002. Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Alamsyah,
A.T. 2004. Perubahan Bilangan Peroksida Tepung Tulang Kaki Ayam Broiler Selama
Penyimpanan Dalam Bahan Pengemas Yang Berbeda. Skripsi, Program Studi Teknologi
Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fennema,
O.W., 1985. Principle of Food Science, Food Chemistry, 2nd (ed). Marcel Dekker
Inc, New York.
Hartadi, H. , S. Reksohadiprojo, dan A.D Tilman.
1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indoneaia. UGM Press, Yogyakarta.
Supriyono.
2003. Melakukan Pengemasan Secara Manual. Proyek Pengembangan Sistem dan
Standar Pengelolaan. Departemen Pendidikan Nasional.
Syarif, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan
Pangan. Penerbit Arcan, Jakarta.
Tjokroadikoesoemo, P. S. 1986. HFS dan Industri Ubi
Kayu Lainnya. PT. Gramedia, Jakarta
Yani,
M. P. 2001. Teknologi Hijauan Pakan. Kerjasama Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya dan Fakultas Peternakan Universitas jambi. Jambi.
Yusawisana,
S. 2002. Uji Kerusakan Lemak Ransum Ayam Broiler yang Menggunakan CPO (Crude
Palm Oil) dengan Penambahan Antioksidan Alami Bawang Putih (Allium sativum)
Selama Penyimpanan. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Watson,A.S.
2003. Discription, development, structure, and composition of the corn kernel.
In: Corn: Chemistry and Technology. Ed ke-2. Lawrence, A. and J.W. Pamella
(Eds.). American Association of Cereal Chemists, Inc., Minnesota.
Winarno,
F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi Edisi Kelima. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kadar Air
· Jagung
KA =
( )%
= 14,2 %
|
· Kacang Hijau
KA
= (
)%
=
10,2 %
|
· Millet Putih
KA =
( )%
= 11,6 %
|
· Kedelai
KA
= (
)%
=
15,1 %
|
Perhitungan
Nilai Aw
· Dedak Kasar
Aw = 0,61 + ((39 – 20) 0,02)
=
0,99
|
· Pollard
Aw =
0,59 + ((40 – 20) 0,02)
= 0,99
|
· Sekam
Aw =
0,59 + ((40 – 20) 0,02)
=
0,99
|
· Pellet
Aw =
0,60 + ((40 – 20) 0,02)
= 1,00
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar