Kamis, 27 Maret 2014

Penetasan Telur Ayam arab



LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah                : Teknologi Produksi               Dosen : Maria Ulfa, S.Pt, M.Sc                                                          Ternak Unggas
Praktikum ke   : 5
Hari/tanggal    : Jum’at/14 Maret 2014
Tempat                                    : Laboratorium Unggas

KUALITAS TELUR EKSTERIOR
Kelompok J2K4
1.      Aisyah Suryani Siregar                   (D24135001)
2.      Yudha Endra P                               (D24135008)
3.      Eliani                                              (D14135005)
4.      Miftahul Ulya                                  (D14135007)
5.      Laila Kholifah Fauziah                     (D14120081)
6.      Naomi F Aruan                               (D24120076)
7.      Siti Kuswaldina                                (D14120107)













DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan. Domestikasi ini dilakukan dengan tujuan, agar produksi dari unggas tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan terutama protein hewani untuk manusia. Unggas termasuk salah satu ternak yang cukup menguntungkan karena selain daging dari unggas tersebut, telur yang diproduksi oleh unggas juga bisa dikonsumsi oleh manusia. Tapi tidak semua telur ini dikonsumsi, karena telur merupakan bakalan atau calon dari penerus unggas itu sendiri. Selain dikonsumsi, telur tersebut juga harus melalui proses penetasan agar individu baru muncul dan spesies unggas tidak punah.
Telur tetas dan telur konsumsi memang memiliki perbedaan. Telur konsumsi biasanya telur yang dihasilkan oleh ayam layer dan telur tersebut tidak dibuahi oleh ayam jantan. Sedangkan telur tetas merupakan telur yang diperoleh dari ayam betina yang sebelumnya telah dikawini oleh ayam jantan. Salah satu jenis unggas yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita kenal adalah ayam kampung. Penetasan telur ayam kampung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau inkubator. Menetaskan telur berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup. Penetasan secara alami melalui induk kurang efektif dan efisien karena terbatasnya telur yang dapat ditetaskan dalam waktu tertentu.
Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan.  Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas ini.
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur. Hal-hal yang mendukung keberhasilan dari penetasan dengan mesin tetas antara lain adalah telur tetas itu sendiri harus telur yang fertil yaitu telur dari betina yang di kawini pejantan, suhu dan kelembaban mesin tetas harus tetap diperhatikan, sirkulasi udara dalam mesin tetas tetap lancar, pemutaran telur dan juga candling yaitu peneropongan telur selama proses penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan embrionya.
Tujuan
Materi yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah mengetahui dan meneliti tentang bobot telur, bentuk telur, kebersihan kerabang, kedalaman kantung udara, tebal kerabang, abnormalitas, dan peneropongan.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum penetasan telur adalah rak telur, pensil, timbangan, lampu bohlamp, senter, alat ukur berupa jangka sorong otomatis, dan amplas halus.

Bahan
            bahan yang digunakan adalah telur ayam Arab.

Metode
Sebanyak 16 butir telur dipilih dengan memberikan nomor pada permukaan atas dan bawah telur. Kemudian bobot telur ditimbang pada timbangan yang telah disediakan.selanjutnya dilakukan peneropongan dengan menggunakan senter atau bohlamp. Selama peneropongan dilakukan penandaan kantung udara pada bagian tumpul telur dengan menggunakan pensil. Dilakukan pengamatan keadaan kerabang telur, posisi kuning telur, utuh, retak atau kotor. Dilakukan pembersihan dengan menggunakan amplas halus dengan posisi satu arah. Panjang dan lebar telur diukur menggunakan jangka sorong. Indeks telur diukur dengan membandingkan lebar dengan panjang dikalikan 100 %.






STUDI PUSTAKA

Bentuk Telur dan Permukaan Telur
Bentuk telur tetas adalah bulat telur dalam artiaan tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong. Telur yang tidak normal bentuknya akan menurunkan daya tetas yaitu telur yang bentuknya normal daya tetasnya sekitar 33,8 % sedangkan telur normal mencapai 71,1 %. Bantuk telur yang tak normal diantaranya lonjong, bulat, terdapat ban ditengah, kulit tipis/tak berkapur, terlalu kecil, tanpa rongga udara dan sebagainya
Bentuk telur yang menyimpang merupakan keabnormalan pada telur. Bentuk telur yang tidak proporsional berupa, bentuk telur yang tidak bulat dan tidak seimbang perbandingan panjang dan lebarnya (Sodak, 2011). Panjang dan lebar ini merupakan dasar penentuan indeks telur, indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dan panjang telur. Bentuk telur dipengarugi oleh lebar tidaknya diameter isthmus. Apabila isthmus lebar, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung bulat dan apabila diameter isthmus sempit, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung lonjong ( Piliang, 1992).
            Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa bentuk telur tetas yang lonjong akan menghasilkan anak ayam jantan dan bentuk telur yang bulat akan menghasilkan ayam betina Menurut chan dan Zamroni (1988), bentuk telur yang lonjong akan cenderung menghasilkan anak jantan dan bentuk telur yang bulat cenderung menghasilkan ayam betina. Akan tetapi hal ini belum bisa di buktikan ke akuratannya secara pasti.
Bobot Telur
Bobot telur tetas yang baik adalah yang termasuk bobot normal sesuai dengan jenis unggasnya misalnya untuk ayam ras sekitar 55-65 g dan ayam kampung 45-55 g. Bobot telur tetas yang ditetaskan juga harus seragam. Telur tetas yang terlalu kecil atau terlalu besar kurang menguntungkan untuk ditetaskan. Bobot telur tetas sangat tergantung dari banyak faktor antara lain : jenis unggas, pakan, lingkungan dan lain-lain.
Hadijah (1987) menyatakan bahwa bobot telur ternyata dapat digunakan sebagai indicator bobot tetas, dimana telur lebih berat akan menghasilkan DOC yang lebih berat. Selain itu Coleman (1979) berpendapat bahwa telur yang mempunyai berat lebih besar akan menghasilkan bobot tetas yang yang lebih besar dibandingkan dengan telur yang kecil, tetapi telur yang besar akan menetas lebih lambat. Selanjutnya Sefton dan siegal (1974) menyatakan bahwa bobot telur denga bobot tetas mempunyai hubungan korelasi yang positif. Hal ini dibuktikan juga dalam penelitian Liza (1992) yang menyatakn bahwa bobot telur yang ditetaskan ternyata berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot tetas yang dihasilkan. Akan tetapi tidak selamanya bobot telur berkorelasi positif dengan bobot tetas, jika telur yang ditetaskan disimpan lebih dari tujuh hari. Hal ini disebakan adanya penguapan cairan dari dalam telur, sehingga bobot telur menjadi turun.
Faktor yang mempengaruhi berat telur yaitu genetik dan umur ayam, pakan, penyakit, suhu lingkungan, musim, periode produksi (awal atau menjelang akhir), umur dewasa kelamin, besar tubuh, banyaknya telur yang dihasilkan dan sistem pengelolaan ayam (North dan Bell, 1990; Dharma et al., 2001). Kehilangan berat telur terjadi seiring bertambahnya waktu penyimpanan telur. Kehilangan berat telur merupakan salah satu perubahan yang paling jelas karena penyimpanan telur. Hal ini terutama disebabkan oleh hilangnya kadar air dari albumen. Penurunan berat telur disebabkan oleh lepasnya gas, seperti CO2, ammonia, nitrogen , dan kadang-kadang H2S yang sebagian besar merupakan hasil dari perubahan kimia pada telur (Romanoff dan Romanoff, 1963).
Warna Kulit telur
Dalam pemilihan telur tetas yang akan ditetaskan harus dipilih yang seragam (uniform). Pada telur dengan kulit berwarna, maka kulit dengan warna gelap lebih menghasilkan daya tetas (hatchability) tinggi.
Kulit Telur
Kualitas kulit telur berhubungan dengan daya tetas. Kulit telur tebal akan memberikan daya daya tetas lebih baik dari yang tipis. Selanjutnya tekstur kulit harus merata. Kulit retak/cacat tidak baik untuk ditetaskan.
Umur telur
Umur telur dalam penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari 7 hari. Suhu penyimpanan sekitar 10◦-13◦C 50◦-60◦F. Telur yang terlalu lama disimpan berakibat penurunan daya tetas.
Kebersihan Telur
Telur kotor sering menyebabkan menurunya daya tetas. Pembersihan telur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kering dan secara basah. Pembersihan telur dapat dilakukan dengan air hangat yang mengandung desinfektan.
Kualitas Telur
Kualitas telur adalah sesuatu yang dinilai, dilihat dan diamati pada telur untuk perbandingan baik atau tidaknya telur sehingga dapat dipergunakan untuk kebutuhan konsumen. Kualitas eksternal dilihat  pada kebersihan kulit, tekstur dan bentuk telur, sedangkan kualitas internal dilihat pada putih telur (albumen) kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur. Penurunan kualitas interior dapat diketahui dengan menimbang bobot telur atau meneropong ruang udara (air cell) dan dapat juga dengan memecah telur untuk diperiksa kondisi kuning telur dan putih telur (HU).
Penentuan kualitas telur didasarkan pada : ciri-ciri telur yang berpengaruh terhadap penerimaan konsumen, daya guna telur, dan keamanannya sebagai bahan pangan. Ada beberapa pengelompokan telur kedalam beberapa tingkatan tergantung pada negara yang bersangkutan (2,3 atau 4 tingkatan). USDA membagi menjadi 4 tingkatan kualitas yaitu: Grade 1 (AA), grade 2 (A), grade 3 (B) dan grade 4 (C). Sedangkan Indonesia membagi menjadi 3 tingkatan yaitu mutu 1,2 dan 3 (SNI-1995).
Adupun ciri-ciri penentu kualitas telur yang harus diperhatikan adalah kerabang telur (kebersihan, keutuhan, bentuk, kehalusan, dan ketebalan), kantung udara (kedalaman, letak, dan bentuk), putih telur (kekentalan, dan ada/tidaknya noda), kuning telur (keutuhan, bentuk, diameter dan ada/tidaknya noda).
Cara penilaian kualitas telup dapat dilakukan dengan metode peneropongan dan pemecahan. Bagian telur yang dinilai adalah bagian eksternal (kerabang telur), danbagian internal (kantung udara, putih telur dan kuning telur).
Kerabang Telur
Kerabang telur merupakan pembungkus telur yang paling tebal, bersifat keras dan kaku.  Pada kerabang terdapat pori-pori yang berfungsi untuk pertukaran gas.  Pada permukaan luar kerabang terdapat lapisan kutikula, yang merupakan pembungkus telur paling luar.
Untuk kualitas kerabang, banyak faktor yang berkaitan dengan kualitas kerabang meliputi gizi ternak yang cukup, masalah kesehatan ternak, manajemen pemeliharaan, serta kondisi lingkungan peternakan. Kerabang telur mengandung sekitar 95% kalsium dalam bentuk kalsium karbonat dan sisanya seperti magnesium, fosfor, natrium, kalium, seng, besi, mangan, dan tembaga.
Dalam penentuan kualitas telur secara eksterior, yang diperhatikan yaitu : Bentuk telur (normal, sedikit normal,abnormal), bobot/berat telur, panjang telur, lebar telur, keadaan kerabang (bersih, tidak kotor, tidak pecah/utuh, kedalaman), keutuhan kerabang dapat dilakukan secara visual atau peneropongan, ketebalan kerabang dengan menggunakan telur utuh (merendam telur dalam berbagai konsentrasi larutan garam sehinggadiperoleh BJ telur, mengukus kekuatan kerbng dgn alat khusus.
Kerabang termasuk lapisan gelatinous pembungkus kerabang yaitu kutikula tersusun atas sebagian besar garam anorgamk, bahan organik dan sedikit air. Kutikula merupakan yang tidak larut dalam air dan membungkus kerabang (menutup pori-pori) serta berfungsi sebagai penghambat masuknya mikrobia ke dalam isi telur. Komposisi kutikula terdiri atas 90 % protein, polisakarida dan air. Protein penyusun kutikula mengandung glisin, asam glutamat, lisin, sistin, dan tirosin yang cukup tinggi. Penyusun polisakarida adalah hexosamin, galaktose, manose dan fucose.
Kerabang tersusun atas bagian-bagian : 1. Matrix, yang merupakan serabut-serabut protein dan massa sphercaal, 2. Material kristal calcite. Matrix terbagi menjadi 2 bagian yaitu matrix mammillary dan matrix spongy.
            Rata-rata keseluruhan interval antara dua telur yang dikeluarkan dalam suatu clutch adalah 27 jam. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur sebelumnya dikeluarkan. Jika sebutir telur keluar setelah pukul 14.00, ovulasi berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu 16 – 18 jam.Hal ini berkaitan dengan kurangnya cahaya yang menstimulasi kelenjar pituitary untuk mensekresikan FSH yang merangsang kerja ovarium (Suprijatna et al., 2005).
Kantung Udara Telur
Kantung udara dipengaruhi oleh lama dan suhu penyimpanan telur, kelembaban dan perubahan internal dari telur (Yuwanta, 2010). Kantung udara telur semakin bertambah besar karena adanya penguapan air di dalam telur atau penyusutan berat telur. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kantung udara cepat membesar akibat adanya penguapan air di dalam telur (Romanoff dan Romanoff, 1963).






















HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan telur selama penyimpanan didapatkan data hasil seleksi telur kelompok J2K4 Jumat siang dari hari ke-1 sampai hari ke-22. Hasil pengamatan dapat di amati pada tabel berikut.

Tabel 1. Data hasil seleksi telur kelompok J2K4 jum’at siang
Nomor telur
Bobot telur (g)
Panjang telur (mm)
Lebar telur (mm)
Indeks bentuk telur (g)
Kebersihan kerabang
Keutuhan kerabang
Keterangan
129
52,56
52,71
41,77
79,24
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
130
51,22
54,74
41,44
75,34
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
131
45,98
52,18
39,50
75,70
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
132
44,11
49,60
39,74
80,12
Bersih
Utuh
Yolk terlihat
133
46,29
51,99
40,28
77,48
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
134
54,93
53,65
41,23
76,84
Kotor
Utuh
Yolk terlihat
135
47,35
52,61
40,23
76,85
Bersih
Utuh
Yolk terlihat
136
48,88
55,35
39,86
72,01
Bersih
Utuh
Yolk terlihat
137
49,57
51,11
41,37
80,94
Kotor
Utuh
Yolk terlihat
138
46,69
52,94
39,45
74,52
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
139
49,20
53,88
40,74
75,61
Bersih
Utuh
Yolk terlihat
140
49,94
53,46
40,77
76,26
Kotor
Utuh
Yolk terlihat
141
45,42
48,04
41,15
85,66
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
142
45,33
53,11
39
73,43
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
143
45,92
52,12
39,47
75,73
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat
144
49,61
53,96
40,32
74,72
Agak kotor
Utuh
Yolk terlihat

Sedangkan berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan telur selama penyimpanan didapatkan data peneropongan 1 & 2 hasil seleksi telur kelompok J2K4 Jumaat siang dari hari ke-1 sampai hari ke-22. Hasil pengamatan dapat di amati pada tabel berikut.

Tabel 2. Data peneropongan 1 & 2 hasil seleksi telur kelompok J2K4 jum’at siang
Nomor telur
Bobot telur (g)
Peneropongan 1
Peneropongan 2
Transfer
Bobot tetas
Keterangan
Fertil hidup
Fertil mati
Infertil
Fertil hidup
Fertil mati
Infertil
129
52,56
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

 -
-
130
51,22
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

-
-
131
45,98
Ѵ

-
Ѵ
-
-

32,89
Betina
132
44,11
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-


Mati
133
46,29
Ѵ
-
-
Ѵ
-
­­-

32,46
Jantan
134
54,93
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-



135
47,35
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-



136
48,88
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

33,74
Jantan
137
49,57
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

34,57
Betina
138
46,69
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

32,10
Betina
139
49,20
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

53,08
Betina
140
49,94
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-



141
45,42
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

32,51
Betina
142
45,33
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-

35,50
Betina
143
45,92
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-



144
49,61
Ѵ
-
-
Ѵ
-
-








Adapun data hasil seleksi akhir rekap kelas kelompok J2 adalah ada pada tabel dibawah berikut.

Tabel 3. Data hasil seleksi akhir rekap kelas kelompok J2
Keterangan:
Perbandingan DOC jantan : betina = 1 : 2,4









Pembahasan
Telur tetas dan telur konsumsi memang memiliki perbedaan. Telur konsumsi biasanya telur yang dihasilkan oleh ayam layer dan telur tersebut tidak dibuahi oleh ayam jantan. Sedangkan telur tetas merupakan telur yang diperoleh dari ayam betina yang sebelumnya telah dikawini oleh ayam jantan. Salah satu jenis unggas yang dapat menghasilkan telur setiap hari yang telah kita kenal adalah ayam Arab. Penetasan telur ayam Arab dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur dengan induk dan menggunakan mesin penetas atau inkubator. Menetaskan telur berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak dapat keluar dan hidup. Penetasan secara alami melalui induk kurang efektif dan efisien karena terbatasnya telur yang dapat ditetaskan dalam waktu tertentu.
Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya. Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan.  Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas ini.
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur. Hal-hal yang mendukung keberhasilan dari penetasan dengan mesin tetas antara lain adalah telur tetas itu sendiri harus telur yang fertil yaitu telur dari betina yang di kawini pejantan, suhu dan kelembaban mesin tetas harus tetap diperhatikan, sirkulasi udara dalam mesin tetas tetap lancar, pemutaran telur dan juga candling yaitu peneropongan telur selama proses penetasan sehingga dapat diketahui pertumbuhan embrionya.
 Penilaian telur secara eksterior sangat penting dilakukan karena merupakan langkah awal dalam menentukan kualitas telur Proses penilaian ini dilakukan dengan mengamati pori-pori, kerabang, kutikula, bentuk telur, kebersihan kerabang, kedalaman kantung udara, berat telur, indeks telur, tebal kerabang, serta abnormalitas.
Kutikula atau lapisan gelatinous pembungkus kerabang  tersusun atas sebagian besar garam anorganik, bahan organik dan sedikit air. Kutikula merupakan yang tidak larut dalam air dan membungkus kerabang (menutup pori-pori) serta berfungsi sebagai penghambat masuknya mikrobia ke dalam isi telur. Komposisi kutikula terdiri atas 90 % protein, polisakarida dan air. Protein penyusun kutikula mengandung glisin, asam glutamat, lisin, sistin, dan tirosin yang cukup tinggi. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, kutikula yang terdapat di permukaan telur memiliki karakteristik licin, halus, dan agak mengilap.
Pori-pori di bagian permukaan telur berjumlah sangat banyak dengan ukuran yang sangat kecil pula. Pori-pori berfungsi sebagai pintu keluar masuk gas CO2 dan uap air H2O hasil respirasi embrio dalam telur. Setiap telur paling tidak memiliki 7500 pori-pori, dengan bagian yang terbanyak pada bagian yang tumpul. Pori-pori telur bisa diamati dengan jelas apabila menggunakan mikroskop elektron. Praktikum yang dilakukan tidak meneliti pori-pori dari telur tetas.
Di dalam telur akan ditemukan kantung udara. Kantung udara ini akan digunakan oleh embrio sebagai sumber oksigen untuk respirasi embrio. Setelah telur dikeluarkan, telur akan mengalami pendinginan, komponen dalam telur akan berkontraksi dan akan membentuk kantung udara. Kantung udara biasanya terdapat pada bagian yang tumpul. Pada bagian kantung udara biasanya terdapat lebih banyak pori-pori dibandingkan dengan bagian telur lainnya. Kantung udara akan lebih besar ketika di musim dingin daripada di musim panas. Ketika telur berumur tua, komponen dalam telur akan mengalami penurunan selama proses evaporasi air yang mengakibatkan kantung udara membesar. berdasarkan praktikm yang dilakukan, telur-telur tetas termasuk telur dengan kondisi yang baik karena kantung udara semakin besar seiring dengan perkembangan embrio. Kantung udara menjadi salah satu indikasi perkembangan embrio. Telur yang fertil akan mengalami pembesaran kantung udara, sedangkan telur yang infertil cenderung memilki kantung udara yang tetap.
Kerabang telur mengandung bahan utama berupa kalsium karbonat (CaCO3). Senyawa lain yang terkandung dalam kerabang telur adalah magnesium, fosfor dan mangan dengan sedikit kandungan protein. Vitamin D sangat berperan penting dalam pembentukan struktur kerabang telur. Kerabang tersusun atas dua bagian yaitu matrix dan material kristal calcite. Matrix merupakan serabut-serabut protein dan massa sphercaal,  matrix terbagi menjadi 2 bagian yaitu matrix mammillary dan matrix spongy.
Awal pembentukan kerabang dimulai dari terbentuknya membran dalam dan luar kerabang yang yang diikuti dengan penyusunan lapisan mamiler yang terikat dengan membran kerabang bagian dalam dan tersusun dari cone dasar dan membran cone, selanjutnya penyusunan membran palisadik yang mengandung kapur berupa kalsium karbonat yang berikatan dengan bahan organik. Bagian terakhir dari pembentukan kerabang dalam uterus adalah peletakan lapisan kutikula pada permukaan kerabang sekitar 1,5 jam sebelum peneluran (Suprijatna et al.,2008). Telur yang digunakan pada saat praktikum menunjukkan kualitas kerabang yang baik, karena tidak terdapat cacat ataupun abnormalitas pada kerabang.
USDA Egg Grading Manual telah membuat klasifikasi kualitas telur berdasarkan bentuk dan tekstur kerabang menjadi tiga : yang pertama normal, yaitu kerabang telur memiliki bentuk normal, termasuk tekstur dan kekuatan kerabang serta tidak ada bagian yang kasar. Yang kedua sedikit normal, yaitu pada kerabang telur ada bagian yang bentuknya tidak/kurang beraturan serta ada bagian yang sedikit kasar, tetapi tidak terdapat bercak-bercak, dan yang terakhir abnormal, yaitu bentuk kerabang tidak normal, tekstur kasar, terdapat bercak-bercak atau bagian yang kasar pada kerabang.
Kualitas eksterior telur juga dapat dilihat dari warna kerabang telur. Semakin terang warna coklat telur maka rata-rata kedalaman rongga udaranya semakin besar. Hal ini dapat disebabkan karena penguapan air dan gas yang ada di dalam telur tejadi lebih cepat pada telur yang berwarna coklat terang karena telur yang berwarna coklat terang memiliki kerabang yang lebih tipis (Jazil et al,. 2013). Telur yang baik memiliki ketebalan kerabang 0,33 mm. Apabila lebih dari 0,33 mm akan menyulitkan anak ayam untuk menetas, sedangkan apabila kurang dari 0,33 mm telur akan sangat rentan terhadap keretakan.
Penampilan telur yang baik adalah bersih dari kontaminan dan tidak mengalami keretakan. Penampilan kerabang yang tidak baik diakibatkan oleh nutrien rendah, air yang terlalu asin, suhu kandang tinggi, penyakit, dan penanganan telur yang tidak baik. Salah satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur adalah umur ayam, semakin meningkat umur ayam kualitas kerabang semakin menurun, kerabang telur  semakin tipis, warna kerabang semakin memudar, dan berat telur semakin besar (Yuwanta 2010).
Untuk menentukan bentuk telur, harus diketahui bentuk telur yang ideal. Bentuk telur yang ideal adalah oval. Indeks telur yang normal berkisar pada nilai 74, dengan lebar 4.2 cm dan panjang 5,7 cm. Telur dengan indeks 72 terlalu panjang, sedangkan telur dengan indeks 76 terlalu bundar.   Penentuan indeks telur dapat menggunakan rumus berikut ini :
            Indeks telur =   Lebar telur    x 100%
                                       Panjang telur
            Telur tetas kelompok 4 memilki indeks telur rata-rata76,92, yang berarti telur tetas tersebut terlalu bulat. Belum diketahui pasti pengaruh indeks telur terhadap daya tetas telur tersebut.
  Berat telur dapat digolongkan yaitu sebagai berikut : jumbo (>65 gram), extra large (60-65 gram), large (55-60 gram), medium (50-55 gram), small (45-50 gram), dan peewee (<45 gram).
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, telur tetas kelompok J2K4, terdapat 13 telur yang termasuk ke dalam golongan small, sedangkan 3 butir telur lagi termasuk golongan medium. Faktor yang berpengaruh pada berat telur adalah genetis, pakan dan umur (Yuwanta, 2004).
Secara terperinci, kualitas telur secara eksterior dibagi menjadi 4  yaitu : AA (baik sekali), A (baik), B (sedang), C (rendah).


Kualitas telur secara eksterior
Item                 AA                       A                        B                         C
Kerabang         Bersih              Bersih              Kotoran 1/32-1/16   Kotoran>16
                        Tidak pecah     Tidak pecah     Tidak pecah             Tidak pecah

Bentuk telur    Normal            Normal            Kadang tidak           Kadang tidak
                                                                        normal                      normal


KESIMPULAN
Kualitas eksterior telur dapat dilihat dari kondisi kerabang, lapisan kutikula, warna kerabang telur, panjang telur, lebar telur, bentuk telur dan indeks telur. Kualitas eksterior telur akan menjadi faktor tama dalam pemilihan telur tetas.


DAFTAR PUSTAKA

Hendrix Genetic Company. 2009. ISA Brown Nutritional Management Guide.http://www.isapoultry.com. Diakses tanggal 12 Maret 2011 pk.20.04.
Jacob, J.P., R.D. Miles, dan F.B. Mather.2009. Egg Quality.InstituteofFoodand AgriculturalSciencesUniversityofFlorida,Gainesville.
Jazil N, A, Hintono, S Mulyani.2013.  Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Vol. 2 No. 1 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Suprijatna, E. dan R. Kartasudjana. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada  University Press, Yogyakarta.
Jazil N, A, Hintono, S Mulyani.2013.  Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Vol. 2 No. 1 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan