Jumat, 30 Oktober 2015

Deteksi Kebuntingan Ternak sapi



METODE DETEKSI KEBUNTINGAN PADA
TERNAK SAPI

`Terjadinya berahi pertama pada sapi berbeda menurut spesies dan kualitas pakan yang diberikan. Toelihere (1981) menyatakan bahwa dengan makanan dan manajemen yang baik seekor sapi dara dapat dikawinkan pada umur 10 sampai 15 bulan. Sapi potong dan sapi perah yang kurang baik pertumbuhannya baru dapat dikawinkan sesudah mencapai umur 18 sampai 24 bulan. Hal ini berarti bahwa sapi sudah dapat melahirkan anak pertama kali umur 27 bulan dan selambat-lambatnya pada umur 33 bulan.
Menurut Djanah (1984), cara yang paling tepat untuk menentukan umur ternak adalah dengan melihat catatan kelahirannya, namun apabila catatan kelahiran itu tidak ada, maka umur ternak dapat diperkirakan dengan melihat pertukaran giginya, selanjutnya umur ternak sapi dapat diperkirakan dengan melihat cincin tanduk, namun cara ini kurang akurat dan hanya dapat dilakukan pada sapi yang memiliki tanduk, sehingga cara ini jarang dipakai.
Deteksi kebuntingan dini pada ternak sangat penting bagi sebuah manajemen Reproduksi, Metoda deteksi kebuntingan dapat secara klinik dan imunologi , Pemilihan metoda tergantung pada spesies, umur kebuningan, biaya, ketepatan dan kecepatan diagnosa. Secara umum, diagnosa kebuntingan dini diperlukan untuk Mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat,  Sebagai pertimbangan apabila ternak harus dijual atau di culling Untuk menekan biaya pada breeding program yang menggunakan teknik hormonal yang mahal dan Membantu manajemen ternak yang ekonomis (Jainudeen and Hafez, 2000)
Pertama Metoda klinis, metoda ini  tergantung deteksi pada konseptus-fetus, membran fetus dan cairan fetus. Metoda ini meliputi eksplorasi rektal dan teknik ultrasonografi. Eksparasi Rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran fetus Sempitnya rongga pelvic pada kambing, domba dan babi maka eksplorasi rektal untuk mengetahui isi uterus tidak dapat dilakukan (Arthur, et al., 1996). Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan bentuk dan ukuran dari cornua uteri. Ada resiko kehilangan embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan pobe. Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat dilakukan pada usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada usia kebuntingan diatas 30 hari ( Youngquist, 2003).
Ada dua tipe ultrasonografi yang digunakan pada manusia dan kedokteran hewan yaitu  fenomena Doppler transducer atau probe,  ketika diaplikasikan pada dinding abdominal atau dimasukkan ke dalam rektum, akan memancarkan cahaya gelombang frekuensi tinggi (ultrasonic). Pergerakan jantung fetus dan aliran darah dalam fetus (pembuluh umbilical) serta sirkulasi maternal (arteri uterina) merubah frekuensi gelombang dan memantul kembali ke probe dan dikonversi ke suara yang dapat terdengar. Sedang pada pulse-echo ultrasound getaran ultrasound yang digerakkan oleh kristal piezoelectric dalam transducer ketika kontak dengan jaringan akan memantul kembali ke transducer kemudian dikonversi ke dalam energi elektrik dan diidsplay pada osciloscope.

Tabel 1. Diagnosa kebuntingan pada sapi, kerbau dan kuda dengan palpasi rektal.
Species
Umur Kebuntingan (Bulan)
Perubahan yang terjadi
Sapi dan Kerbau
Pertama
Uterus statis dengan CL yang tumbuh pada satu ovarium

Kedua
Pembesaran tanduk uterus karena adanya cairan fetus

Ketiga
Uterus mulai turun, fetus teraba

Keempat- ketujuh
Uterus berada pada lantai abdominal, fetus sulit diraba, cotyledon : diameter 2-5 cm teraba pada dinding uterus, arteri uterina media hypertrofi dan terjadi fremitus

Ketujuh -  menjelang lahir
Cotyledon, fremitus dan bagian dari fetus dapat diraba



Kuda
Pertama
Cervix kontraksi dan statis, tanduk uterus membengkak

Kedua
Kantong chorioallantois pada bagian sepertiga bawah ventral tanduk uterus, tanduk uterus membengkak

Ketiga
Kantong chorioallantois berkembang cepat dan turun ke badan uterus. Uterus mulai turun

Keempat
Permukaan dorsal uetrus teraba seperti kubah menggembung. Fetus dan bagian fetus teraba

Kelima – Ketujuh
Uterus terletak jauh di dasar rongga abdominal

Ketujuh -menjelang
Fetus lebih mudah teraba. Uterus mulai naik
            (Sumber : Jainudeen and Hafez, 2000)

Kedua adalah Teknik Imunologik yang digunakan untuk diagnosa kebuntingan berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal dari konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin dan air susu. Test imonologik mengukur dua macam cairan yaitu: Pregnancy Specific yg hadir dalam peredaran darah maternal : eCG dan EPF, dan Pregnancy Not Specific, perubahan-perubahan selama kebuntingan, konsentrasi dalam darah maternal,urin dan air susu, contoh : progesteron dan estrone sulfate.
Ketiga Diagnosa Kebuntingan berdasarkan konsentrasi hormon kebuntingan dalam cairan tubuh dapat dilakukan dengan metoda RIA dan ELISA. Metoda-metoda yang menggunakan plasma dan air susu ini, dapat mendiagnosa kebuntingan pada ternak lebih dini dibandingkan dengan metoda rektal (Jainudeen dan Hafez, 2000). Misalnya pada Progesteron dapat digunakan sebagai test kebuntingan karena CL hadir selama awal kebuntingan pada semua spesies ternak. Level progesteron dapat diukur dalam cairan biologis seperti darah dan susu , kadarnya menurun pada hewan yang tidak bunting. Progesteron rendah pada saat tidak bunting dan tinggi pada hewan yang bunting. Test pada susu lebih dianjurkan dari pada test pada darah, karena kadar progesteron lebih tinggi dalam susu daripada dalam plasma darah Sample susu ditest menggunakan radio immuno assay (RIA). Sample ini dikoleksi pada hari ke 22 – 24 setelah inseminasi. Teknik koleksi sample bervariasi namun lebih banyak diambil dari pemerahan sore hari. Bahan preservasi seperti potasium dichromate atau mercuris chloride ditambahkan untuk menghindari susu menjadi basi selama transportasi ke laboratorium. Metoda ini cukup akurat, tetapi relatif mahal, membutuhkan fasilitas laboratorium dan hasilnya harus menunggu beberapa hari.
Estrone sulphate adalah derifat terbesar estrogen yang diproduksi oleh konseptus dan dapat diukur dalam plasma maternal, susu atau urine pada semua species ternak. Estrone sulphate dapat dideteksi dalam plasma lebih awal pada babi ( hari ke 20) dan kuda (hari ke 40), dibandingkan pada domba dan kambing (hari ke 40 sampai 50) atau sapi (hari ke 72). Kedua level hormon baik estrone sulphate maupun eCG dapat digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan pada kuda setelah hari ke 40 kebuntingan. Karena fetus yang berkembang mengeluarkan sejumlah besar estrone sulphate ke dalam sirkulasi maternal antara hari ke 75 – 100 kebuntingan, maka estrone sulphate lebih dapat dimanfaatkan dari pada eCG untuk mengetahui adanya kehadiran fetus.
Equine chorionic gonadotropin (eCG atau PMSG) muncul dalam darah kuda 40 hari setelah konsepsi dan deteksi kehadirannya merupakan bukti terjadinya kebuntingan. Diagnosa kebuntingan secara imunologi pada kuda berdasarkan pada eCG tersebut, dimana kehadirannya dalam sampel darah diperiksa dengan hemagglutination – inhibition ( HI ) test. Bila terjadi aglutinasi dari sel darah merah berarti negative (yaitu tidak bunting) dan apabila terjadi inhibisi dari aglutinasi, artinya hasilnya positive Test ini akan lebih akurat apabila dilakukan antara hari ke 50 dan 100 kebuntingan. Pada kejadian fetus yang mati dalam periode ini, plasma eCG akan tetap tinggi. Oleh sebab itu apabila pengukuran eCG dilakukan setelah fetus mati, maka akan menghasilkan false positive.







Daftar Pustaka

Arthur, G. F.; Noakes, D.E.;Pearson, H. and Parkison,T.M. 1996. Veterinary
Rproduction and Obstetrics. London : W.B.Sounders
Jainudeen, M.R. and Hafez. E.S.E. 2000. Pregnancy Diagnosis, dalam Hafez, E.S.E and Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Lippincott Williams &Wilkins. Philadelphia
           
Mauer, R.R and Echternkamp,S.E. 1982. Hormonal asynchrony and embryonic development. Theriogenolgy 17 : 11.
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reprodksi Hewan. Mutliara. Jakarta.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung

Jingle Ismapeti

JINGLE ISMAPETI
oleh : Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Saat ku coba berlari mengejar semua mimpi
Rangkul bahu erat pundakku
bersatu dalam ISMAPETI....
Beragam warna dalam harmoni,
Peternakan merangkai hari, demi tujuan kita mengabdi
Satu Indonesia Bergizi...i..ii...iii.iii


Saat kau coba berlari mengejar semua mimpi,
rangkul bahu erat tanganku
bersama dalam ISMAPETI,
Beragam Warna Dalam Harmoni,
Peternakan Merangkai Hari, demi Tujuan Kita Mengabdi
Satu Indonesia Bergizi

Ikatan yang mempersatukan Peternakan Indonesia (Indonesia)
Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia.......aa.aa.aa


Ikatan yang mempersatukan Peternakan Indonesia
Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (3x)

Senin, 13 Juli 2015

Modul Praktikum TErnak Perah



MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH
ILMU DAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH (PTK 243)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ferdinal Rahim, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Ellyza Nurdin, MS
Dr. Ir. Elly Roza, MS
Dr. Ir. Arif, MS

Teknisi :
Ramdanus Surya Parma, S.Pt
Asisten :
Yudha Endra Pratama
LABOTARORIUM TERNAK PERAH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014


























































BAB I
MEMBERSIHKAN DAN MEMANDIKAN TERNAK SAPI PERAH
Pendahuluan
            Salah satu paktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha beternak Sapi perah  yaitu paktor kebersihan, terutama kebersihan lingkungan baik itu kebersihan kandang maupun kebersihan ternak itu sendiri. Lingkungan yang tidak bersih dan kotor dapat mengganggu aktivitas ternak dan juga dapat menimbulkan bibit penyakit  terutama pada saat pemerahan susu pada Sapi perah. oleh sebab itu membersihkan atau memandikan Sapi Perah  sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit yang dapat menurunkan produktivitas ternak dalam praktikum ini kebersihan dilakukan dengan cara membersihkan kandang dan memandikan sapi perah dengan menggunakan Air dengan tujuan untuk mengurangi datangnya bakteri yang menyebabkan parasit serta mengurangi amoniak, lantai kandang juga dibersihkan agar ketika memerah susu berada dalam keadaan steril.
Tujuan
1)      Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan perawatan Sapi Perah baik membersihkan maupun memandikan
2)      Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari memandikan atau membersihkan Sapi Perah serta mengetahui dampak yang akan terjadi bilamana kegiatan tersebut tidak dilakukan

Manfaat
1)      Mahasiswa bisa mengetahui secara praktis tentang bagaimana cara menejemen  sapi betina dewasa
2)      Diharapkan kepada mahasiswa, setelah melakukan praktikum ini agar bisa menerapkan dimasyarakat guna memberi solusi yang ada dimasyarakat, mahasiswa juga bisa menemukan serta memahami cara menangani kendala-kendala yang ada pada peternakan

Materi Praktikum
1.      Alat-alat Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
·         Skop
·         Gerobak
·         Selang
·         Sikat
·         Sapu lidi
·         Kamera


2.      Bahan praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
·         Ternak Perah (sapi/kambing)

Metode praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikumk ini adalah:
·         Menyiapkan alat untuk membersihkan kandang dan memandikan sapi perah
·         Membersihkan kotoran yang ada dikandang menggunakan air, sapu, sekop hingga bersih
·         Memandikan sapi perah dengan air sambil menyikat bagian luar tubuh sapi hingga bersih.
Hasil
Bukti berupa gambar (foto) praktikan telah membersihkan kandang dan memandikan sapi.
Pembahasan
a.       Apa tujuan dari membersihkan kandang (lantai, tempat pakan, tempat minum) dan memandikan sapi perah ? berdasarkan literatur !
b.      Tinjauan Pustaka : Sanitasi dan Hygiene Peternakan (berdasarkan literatur !)



BAB II
PENGENALAN BANGSA DAN BAGIAN – BAGIAN TUBUH SAPI PERAH
Pendahuluan
            Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan konsumsi susu anak-anak sapi. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau sudah tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain kemampuan genetik sapi, struktur anatomi, struktur fisiologis sapi, makanan dan lingkungan. Kualitas air susu tergantung dari faktor bangsa, jenis, umur, pakan dan interval laktasi.
Tujuan :
·         Mengetahui anatomi dan bagian – bagian tubuh sapi.
·         Mengetahui faktor instrinsik dan ekstrinsik yang berpengaruh terhadap ternak.
·         Dapat melakukan penilaian (judging) pada ternak sapi perah.
·         Mengetahui perbedaan anatomi sapi dara dan sapi laktasi.
Materi dan Metode
Metode yang digunakan adalah mengamati sapi secara keseluruhan dan melakukan penilaian secara subjektif  meliputi general appearance, dairy character, body capacity dan mammary system.
Hasil dan Pembahasan
Pengamatan menggunakan semacam kartu skor yang disebut ”The Dairy Cow Unified Score Card”.
Kartu skor tersebut dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu:
·         Penampilan umum (30 nilai)
·         Sifat sapi perah (20 nilai)
·         Kapasitas badan (20 nilai)
·         Sistem mammae (30 nilai) (Blakely dan Bade, 1995).
Penilaian (judging) pada ternak sapi perah dilakukan melalui empat tahapan yaitu :
·         Pandangan samping yaitu untuk menilai keadaan lutut, kekompakan bentuk tubuh, keadaan pinggul dan kaki.
·         Pandangan belakang untuk menilai kelebaran pantat, kedalaman otot, kelebaran dan kepenuhan bokong dan keserasian berdiri pada tumpuan pada kaki-kakinya.
·         Pandangan depan untuk menilai bentuk dan ciri kepalanya, kebulatan bagian rusuk, kedalaman dada dan keadaan pertulangan serta keserasian kaki depan.
·         Perabaan. Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketitisan, kerapatan dan kelunakan kulit serta perlemakannya (bagian rusuk, transversus processus pada tulang belakang, pangkal ekor, bidang bahu (Santosa, 2007).
            Klasifikasi penilaian tipe bangsa yaitu : sangat bagus (85 - 90), agak bagus (80 - 84), bagus (75 - 79), sedang (65 - 74), buruk (<65), klasifikasi ini dapat bervariasi menurut bangsa (Blakely dan Bade, 1995). Sapi termasuk kategori exellent dengan nilai lebih dari 90, good plus dengan nilai 85 – 90, good dengan nilai 75 – 85 dan poor  jika nilainya dibawah 75 (Bligh dan Johnson, 1973).
Note :
Akan dilaksanakan Pretest untuk bagian – bagian anatomi tubuh ternak ini harap dibaca dan dipahami sebelum melaksanakan prkatikum”
BAB III
CARA PEMERAHAN DAN PENGUKURAN PERIODE SUSU
TIAP TIAP KUARTIR AMBING DEPAN DAN BELAKANG
Pendahuluan
   Produksi susu sapi perah sangat tinggi dan cara pemerahan hurus hati hati dan pelan pelan agar tidak mencederai ambing sapi tersebut karena ambing sapi sangat sensitip terhadap rangsangan,sebelum melakukan pemerahan harus disiapkan terlebih dahulu alat alat yang akan digunakan dan kandang dan sapi harus di mandikan terlebih dahulu agar bersih karena air susu sangat sensitive terhadap debu atau kotoran lainnya sehingga lingkungan sekitar harus di sterilkan terlebih dahulu,
            Cara cara pemerahan terus berkembang karena diliat potensi sapi perah untuk menghasilkan susu semakin tinggi sehingga harus ada alat yang mebantu dalam pemerahan seperti; Langkah-Saver susu transportasi , pemerahan pipa, vakum ember pemerahan akan terus berkembang karena sapi perah terus dikembangkan untuk memproduksi air susu yang melimpah agar peternak tidak kewalahan untuk memerah air susu yang dihasilkan.dianjurkan utuk memberikan pakan yang berupa konsentrat pada sebelum pemerahan agar dapat membantu proses pemerahan dan susu yang dihasilkan banyak.

Tujuan
·         Untuk mengetahui cara pemeran dan hal hal yang hurus dikerjakan sebelum pemerahan dilakukan
·         Untuk mengetahui cara pemerahan yang baik menggunakan tangan
·         Untum mengetahui jumlah produksi susu per kuartir Mengetahui jumlah perbandingan antara ambing belakang dan ambing depan
Manfaat
·         Sebagai penunjang dalam pemelajaran
·         Untuk mencakupi persyaratan dalam kuliah biologi laktasi
·         Sebagai pembelajaran awal dan agar dap dikembangkan
Materi Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
·         Saringan
·         Literan Susu
·         Botol 350 ml
·         Ember
·         Kamera


Bahan praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
·         Sapi perah

Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikumk ini adalah ;
·         Mempersiapkan alat alat dan bahan yang akan digunakan  
·         Memerah ambing susu sapi perkuartir dengan cara manual kemudian mencatat jumlah produksi susu per kuartir
·         Memasukkan susu kedalam botol sebagai sampel laboratorium Memberikan lebel atau tanda pada botol sampel
Hasil
Tabel Produksi Susu Sapi Perkuartir Pada Sapi Perah
No
Nama Sapi
Tanggal Melahirkan
Produksi susu perkuartir (liter)
Total
Prod. susu
Total prod. Susu (%)
Umur (Tahun)
Laktasi
Depan
Belakang
Periode
Masa
Kanan
kiri
Jml
Prod. susu(%)
Kanan
kiri
Jml
Prod. Susu(%)
1















2















3















Tinjauan Pustaka :
·         Air susu
·         Macam – macam teknik pemerahan
·         Tujuan pemerahan
·         Produksi sapi perah perlaktasi
Pembahasan :
·         Bahas Tabel hasil.
·         Faktor yang mempengaruhi produksi susu.
·         Teknik pemerahan.
·         Perbedaan cara pemerahan tradisional, semi modern dan modern.
REFERENSI YANG JELAS !!!




BAB IV
PENGAMATAN DAN IDENTIFIKASI AMBING SAPI PERAH YANG BAIK DAN TIDAK BAIK
Pendahuluan
            Ambing adalah bagian tubuh yang paling penting dalam sapi perah karena ambing merupakan tempet produksi susu dan alat pengeluarannya,sehingga keberadaan ambing pada sapi perah sangat perlu dipelihara dan dijaga dengan baik agar dapat berfungsi dengan baik dan dapat menghasilkan susu yang banyak,pertumbuhan atau perkembangan ambing,terdapat banyak factor factor yang dapat mempenngaruhi jenis dan kualitas ambing diantaranya ,bangsa,pakan periode laktasi masa laktasi hal ini dapat mempengaruhi perkembangan ambing.
            Anatomi ambing dilakukan dengan melakukan pengamatan bagian-bagian ambing awetan  sapi dara dan sapi laktasi. Hasil pengamatan antara sapi dara dan sapi laktasi terlihat bahwa ukuran ambing sapi dara baik panjang ambing, jarak antar puting baik depan kanan, depan kiri, belakang kanan, dan belakang kiri  lebih kecil dibandingkan dengan sapi laktasi.
Tujuan
·         Agar Praktikan mengetahui bentuk ambing sapi perah yang baik dan tidak
·         Praktikan dapat mengamati perbedaan antara ambing yang satu dan yang lain
·         Praktikan dapat belajar menyeleksi ambinng yang baik.
Manfaat
·         Mahasiswa dapat mengetahui dan meraba ternak yang terkena mastitis
·         Mahasiswa dapat membedakan mana ambing yang baik dan ambig yang benarpenunjang nilai mata kuliah biologi laktasi.
Materi
1.alat praktikum
·         Alat tulis
·         Lembar kerja dan gambar
·         Kamera
2.Bahan praktikum
·         Sapi Perah
Metode
·         Metode yang digunakan adalah mengamati ambing sapi laktasi, meliputi jaringan penggantung ambing, bagian ambing yang terdiri atas tinggi puting, jarak puting, panjang puting, lingkar puting serta jarak antar puting depan dan belakang.

Hasil
Gambar/foto ambing yang diamati
Table pengamatan dan identifikasi kelainan/kerusakan/abnormalitas ambing sapi
No.
Kode/Nama Sapi
Ambing yang diamati
Ambing Depan
Ambing Belakang
Ambing Kanan*
Ambing Kiri*
Ambing Kanan*
Ambing Kiri*
1





2





3





*Baik *Tidak Baik *Diduga Mastitis *Positif Mastitis *Tidak Tahu
Tinjuan Pustaka
·         Ambing dan fungsinya !
Pembahasan
·         Bahas Tabel hasil dan pengamatan di lapangan bandingkan dengan literature !



BAB V
PENENTUAN UMUR DAN PERIODE LAKTASI PADA SAPI PERAH
Pendahuluan
            Bedasarkan tahap pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors = DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur tertentu.                                                             .
Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu  dipraktikan kepada Agar mahasisiwa dapat  menentuan umur seekor ternak dengan melihat perubahan pada gigi ternak tersebut  sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia.
Tujuan
·         Untuk mengetahui cara penentuan umur dengan melihat atau pemeriksaan gigi seri
·         Untuk melihat korelasi antara umur sapi dan periode laktasinya.
·         Untuk menerapkan pelajar yang sudah didapat dikuliah
·         Untuk mengetahui periode laktasi sapi PFH
Manfaat
·         Sebagai pengetahuan awal dalam pengenalan laktasi
·         Sebagai pengalaman dalam beternak  
Materi Praktikum
Alat-alat Praktikum
·         Kamera
·         Tali
Bahan praktikum
·         Gigi Sapi Perah

Metode praktikum
·         Membersihkan kandang dan memandikan sapi sekaligus membuang kotorannya ke lapangan
·         Mengelus elus badan ternak tersebut agar ternak tenang kemudian perlahan pegang tali yang terikat dihidungnya,lalu pelan pelan masukkan tangan kedalam mulut sapi

Hasil
Tabel hasil pengamatan
No
Sapi
Umur
Kelahiran
Periode laktasi
Masa laktasi
1





2





3






Tinjauan Pustaka
·         Penafsiran penentuan umur dengan pergantian gigi.
·         Masa Laktasi
·         Pergantian gigi pada ternak ruminansia
·         Anatomi gigi ternak sapi perah
Pembahasan
Ø  Bahas tabel hasil pengamatan.
Ø  Periode laktasi sapi dan kambing perah.
Ø  Pengaruh umur dengan periode laktasi.
Ø  Faktor yang mempengaruhi periode laktasi.
BAB VI
PEMERIKSAAN KEADAAN SUSU
Pendahuluan
            Susu adalah salah satu dari hasil ternak selain daging dan telur. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan dengan proporsi seimbang. Susu dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung sumber zat-zat makanan penting.  Penyusun utamanya adalah air, protein, lemak,  mineral dan vitamin.
Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan perdagangan susu. Derajat mutu susu hanya dapat dipertahankan selama waktu tertentu, yang selanjutnya akan mengalami penurunan dan berakhir dengan kerusakan susu.

Tujuan :
         Utk melindungi masyarakat terutama dari penularan penyakit via susu (zoonosis).
         Agar Mahasiswa mengetahui cara pengujian kualitas susu.
         Utk melindungi konsumen dr pemalsuan .
         Utk penggolongan kualitas susu (milk grading).
         Utk melindungi peternak dr kerugian akibat penurunan nilai kualitas susu yg diproduksi .

Materi dan Metoda
A.    Uji Kebersihan dan Penyaringan
·         Siapkan ± 1 liter susu
·         Homogenkan susu tersebutdengan cara membolak – balikkan gelas piala kurang lebih 3x.
·         Saring sampel susu dengan menggunakan kertas saring, bentuk kerucut dengan bagian halus diatas dan masukkan ke saringan.
·         Cek pada kertas saring apabila tidak ada kotoran maka susu bersih, apabila ada bulu maka susu kotor, apabila ada feses maka susu termasuk kotor sekali.
B.     Uji Warna
·         Warna susu yang normal adalah putih susu.
·         Warna biruberarti bercampur dengan air.
·         Warna kuning berarti mengandung karoten.
·         Warna merah berarti mengandung darah.
C.     Uji Bau
·         Susu normal baunya spesifik susu.
·         Bau busuk berarti terkena mastitis.
·         Bau masam berarti susu telah membusuk.
·         Bau silase, bau lobak, dll berarti susu tercemar pakan ternak.
D.    Uji Rasa
·         Rasa susu yang normal agak manis.
·         Rasa asam berarti terdapat kuman asam susu.
·         Rasa pahit berarti terdapat kuman pembentuk.
·         Rasa lobak berarti terdapat kuman dipepton
·         Rasa sabun berarti terdapat kuman laktis.
E.     Uji Masak
1.      Masukkan 10 ml susu kedalam tabung reaksi.
2.      Kemudian panaskan hingga mendidih.
3.      Bila terdapat butir – butir susu maka bernilai positif.
4.      Hal ini desebabkan :
Ø  Derajat keasaman tinggi
Ø  Susu mulai pecah
Ø  Mengandung colostrums
F.      Uji Derajat Keasaman
1.      Masukkan susu sebanyak 10 ml kedalam tabung Erlenmeyer.
2.      Tambahkan 2 – 3 tetes PP kedalam tabung Erlenmeyer.
3.      Titrasi dengan menggunakan NaOH 0,25 N kedalam salah satu tabung Erlenmeyer, (satu lagi untuk contoh warna), hingga terbentuk warna merah muda hingga tidak berubah lagi.
Derajat keasaman adalah banyaknya volume NaOH 0,25 N yang terpakai dikalikan 10,  derajat keasaman susu yang baik adalah 6 – 8. Pemeriksaan pH
Alat dan bahan              :Cara praktis yang sering digunakan ialah pH
                                        meter elektronis, beker gelas, kertas saring. air
                                        susu, larutan Buffer, Aquadest
pH meter elektronis
1.     Hidupkan ON/OFF
2.     Sebelumnya dibersihkan katoda indikator dengan aquades sehingga netral (pada pH tertera 7)
3.     Kemudian bersihkan dengan tissue
4.     Siapkan air susu pada beker gelas
5.     Celupkan katoda indikator tetapi sebelumnya hares pada posisi nol, sehingga kita akan menclapatkan nilai pH yang sebenarnya dari air susu.

G.    Uji Alkohol
1.      Masukkan 5 ml susu kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 5 ml alcohol 70%.
2.      Homogenkan secara berlahan, dapat pula dilakukan uji ganda (tamnbahkan kembali alcohol kesalah satu tabung).
3.      Bila terdapat butir – butir susu berarti alcohol positif.
4.      Susu yang positif disebabkan oleh :
Ø  Susu mulai masam
Ø  Adanya colostrums
Ø  Permulaan adanya mastitis







Hasil
Tabel hasil Uji Keadaan Susu
NO.
PARAMETER
HASIL
1.       
Uji Kebersihan dan Penyaringan

2.       
Uji Warna

3.       
Uji Rasa

4.       
Uji Bau

5.       
Uji Derajat Keasaman

6.       
Uji alcohol

7.       
Uji Masak


Pembahasan
            Bahas Tabel Hasil Pengamatan dan bandingkan dengan literature yang ada !
Tinjauan Pustaka
·         Defenisi Susu
·         Sifat –sifat fisik Susu
·         Penyimpanan Susu
SUMBER DAN LITERATURE YANG JELAS !!!



BAB VII
PEMERIKSAAN SUSUNAN SUSU
Pendahuluan
          Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain itu susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam susu mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh (Ressang dan Nasution, 1982).
Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, dan susu murni yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar (Dirkeswan, 1983). Secara kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989).
Susu merupakan media cair yang mempunyai komposisi sangat lengkap, sehingga tidak dapat bertahan lama dalam waktu lama bila disimpan pada suhu kamar. Susu yang disimpan pada suhu kamar akan mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan seperti pasteurisasi, pendinginan/pembekuan, dan pemanasan (Ressang dan Nasution, 1982).
Tujuan :
·         Untuk mengetahui mekanisme uji keadaan dan kualitas susu segar yang baik dan aman untuk di konsumsi.
·         Mahasiswa mengetahui karakteristik susu yang layak di konsumsi.
Materi dan Metode
A.    Uji Pemalsuan Dengan Air
Jika sedikit air yang ditambahkan maka kualitas susu tidak berubahtetapi jka air yang ditambahkan banyak maka susu akan encer kebiru – biruan. Umumnyapemalsuan dengan air menyebabkan :
·         Titk beku naik.
·         Nilai reflaksi rendah (pembiasaan).
·         Bersat Jenis, kadar lemak dankadar kering turun.
·         % lemak dalam Bahan Kering tetap.

B.     Pemalsuan dengan santan
Akan mengakibatkan angka reflaksi turun, kadar lemak naik daya pisah cream akan lambat angka katalase naik, kadar gula naik dan terdapat butir – butir lemak besar akan kelihatan dimikroskop.

C.     Pemalsuan dengan Air Tajin
Pemeriksaan dilakukan secara kimia dan mikroskop :
1.         Pemeriksaan Kimiawi
·         Masukkan susu sebanyak 10cc kedalam tabung reaksi.
·         Tambahkan 0,5 cc larutan Acetic Acid Glacial.
·         Panaskan beberapa saat hampir mencapai titik didih, saring dengan kertas saring.
·         Teteskan 4 tetes larutan Lugol kedalam filtrate.
·         Jika reaksinegatif maka cairan akan tetap kuning, jika reaksi positif cairan akan menjadi biru, jika dubius maka cairan menjadi hijau.
2.         Pemerikasaan Mikroskop
Jika terdapat air tajin maka akan terlihat butir –butir kristal amilum.
D.    Pemalsuan dengan Gula
·         Masukkan risorvin 100 mg + susu 25 ml + 2,5 ml HCl 32%.
·         Homogenkan,kemudian dimasak sampai mendidih selama 5 menit sambil diaduk – aduk secara berlahan.
·         Bila terjadi perubahan warna merah ungu membuktikan adanya pemalsuan dengan susu kental manis, bila terjadi perubahan warna coklat membuktikan pemalsuan dengan susu kental manis yang tidak ada gula.
E.     Pemalsuan dengan zat – zat tertentu
Soda Kue
Penambahan Air kapur / soda kuedapat diuji dengan uji karbonat.
10 ml susu masukkan ke tabung reaksi tambahkan 1 ml broemtimol blue, uji dikatakan negative bila terjadi warna kuning, uji dikatakan positif bula terjadi warna kebiru – biruan .
Hasil
Tabel hasil Pengujian Susunan susu
No.
PARAMETER
HASIL
1.       
Pemalsuan dengan Air

2.       
Pemalsuan dengan santan

3.       
Pemalsuan dengan Air tajin

4.       
Penambahan Gula

5.       
Pemalsuan zat – zat tertentu


Tinjauan Pustaka
Ø  Komposisi/susunan biokimia susu
Ø  Pemalsuan Susu
Ø  Faktor yg mempengaruhi komposisi susu
Ø  Mikrobiologi susu
Pembahasan
Bahasa tabel hasil pengamatan dan bandingkan dengan literature yang didapatkan !!!