Budidaya pemeliharaan ayam arab

Praktikum ke   : 8 – 12

Mata Kuliah    : Teknologi Produksi Ternak Unggas

Budidaya Ayam Arab (Gallus turcicus)

Kelompok 3c

Yudha Endra Pratama

D24135008

DEPARTEMEN PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Ayam Arab (Gallus turcicus) berasal dari ayam hutan dan merupakan salah satu ayam buras yang sudah beradaptasi di Indonesia dan mampu bereproduksi dengan pakan seadanya. Ayam ini bersifat gesit, aktif dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat (Darmana dan Sitanggang, 2002).Ayam Arab mulanya kurang mendapat perhatian dari para peternak. Kini ayam Arab mulai dikembangkan dan ditingkatkan produksinya. Ayam ini berasal dari Belgia yang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan Indonesia. Ayam Arab memiliki dua jenis, yaitu ayam Arab Silver (Brakel Kriel Silver) dan ayam Arab Golden (Brakel Kriel Golden) yang dibedakan berdasarkan warna bulunya. Ayam Arab termasuk salah satu jenis ayam penghasil telur yang cukup potensial karena produksi telurnya tinggi menyerupai produktivitas ayam ras petelur dan memiliki karakteristik telur yang menyerupai ayam kampung.Ayam Arab bukan merupakan ayam asli Indonesia.

Ayam Kampung merupakan ayam yang paling banyak dipelihara dan tersebar di seluruh Indonesia. Potensi yang dimiliki oleh ayam Kampung adalah sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna). Upaya peningkatan produktivitas ternak tidak cukup hanya dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi juga perlu dilakukan peningkatan mutu genetiknya dengan smempertahankan sifat-sifat khas ternak tersebut. Informasi genetik diperlukan untuk mengetahui mutu genetik suatu ternak yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi maupun persilangan serta upaya pemanfaatan secara berkelanjutan. Salah satu penelitian dasar untuk menggali informasi genetik dapat dilakukan melalui pengamatan karakterisik genetik eksternal (sifat kualitatif) pada ayam Arab, dan Kampung. Karakteristik genetic eksternal yang diamati adalah warna bulu, pola warna bulu, corak bulu, kerlip bulu, warna shank dan bentuk jengger.

Ayam Arab Gold terbilang memiliki performans produksi tinggi dibandingkan ayam Arab Silver yang mampu menghasilkan telur rata-rata/tahun sebesar 300 butir, sedangkan untuk Silver maksimal 250 butir/tahun (Darmana dan Sitanggang, 2002). Berdasarkan uraian tesebut skedua tipe ayam arab memiliki produksi unggul, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap performan ayam Arab (Gallus turcicus) berdasarkan warna bulu untuk mengetahui dari kedua jenis ternak tersebut mana yang memiliki produktifitas lebih baik.

Tujuan

            Mengamati dan mempelajari penampilan fisik dari ayam Arab serta membandingkan nilai keseragaman pada pemeliharaan ayam Arab periode starter hingga grower.

MATERI DAN METODE

Materi

Alat yang digunakan dalam pemeliharaan ayam arab diantaranya adalah kandang, tempat pakan, tempat minum, gudang pakan, timbangan, sekam, vaksin.

Metode

Ayam arab periode grower ditempatkan pada kandang kloni dibagi menjadi 5 kandang yang masing-masing kandang diisidengan 27 ekor ayam arab. Sebelum penggunan kandang, kandang dan litter berupa sekam sebelumnya di fumigasi agar tidak ada benih penyakit, kemudian setelah beberapa minggu baru digunakan.

Persiapan kandang dilakukan dengan membersihkan kandang dan menyebarkan litter secara merata pada alas kandang. Setelah kandang siap, ayam arab dimasukan dalam kandang. Kemudian dimasukkan tempat minum dan tempat pakan. Penggantian sekam dilakukan jika sekam sudah basah dan menggumpal.

Pemberian pakan pada minggu 0-3, diberikan sebanyak masing-masing 500 gram setiap pagi dan sore. Setiap pagi, siang dan sore air minum diganti agar tidak ada penyakit. Pagi dan sore hari sisa pakan dihitung sebagai data konsumsi pakan. Setelah minggu 4-5 jumlah pakan yang diberikan ditambah menjadi masing-masing ayam mendapat 44 gram perhari. Pemberian pakan pagi sebanyak 594 gram dan sore hari juga 594 gram. Setiap minggu dilakukan pengukuran bobot badan dan jumlah pakan yang dikonsumsi per minggu sebagai data untuk menghitung konversi pakan, keseragaman dan lain-lain. 

Setekah minggu ke-…. Ayam arab divaksin dengan…………….

PEMBAHASAN

A.      Sejarah Ayam Arab

Ayam Arab merupakan ayam lokal tipe petelur yang berasal dari Mesir. Di kalangan masyarakat Mesir, ayam ini lebih dikenal dengan nama ayam fayoumi atau bigawi. Ayam ini sudah lama menetap dan berkembang sejak sebelum Masehi dan banyak ditemukan di sepanjang Sungai Nil. Menurut Anonim (2008) ayam Arab merupakan keturunan dari Ayam Brakel Kriel-Silver dari Belgia disebut Ayam Arabkarena dua hal: pejantannya memiliki daya seksual yang tinggi dan keberadaannya di Indonesia melalui telurnya yang dibawa oleh orang yang menunaikan ibadah haji dari Mekah.

Ayam Arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu ayam Arab silver dan ayam Arab merah (Golden Red). Namun, di kalangan masyarakat ayam Arab yang lebih dikenal adalah ayam Arab silver. Menurut asal usulnya, ayam Arab silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Braekels) dengan betina lokal petelur. Asal usul keberadaan ayam Arab merah (Golden Red) terdiri dari dua versi. Versi pertama, ayam Arab merah (Golden Red) merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Braekels) dengan betina ras petelur (Leghorn). Versi kedua, ayam Arab merah (Golden Red) merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Braekels) dengan ayam betina merawang. Ayam Arab silver memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh berwarna putih di leher dan totol-totol hitam di badan. Ayam Arab merah (Golden Red) memiliki ciri-ciri yaitu memiliki bulu berwarna kuning keemasan di leher dan totol-totol hitam di sekitar sayap dan paha (Pambudhi 2003).

B.       Pola Warna Bulu Ayam Arab

Ayam Arab mudah dikenali dari warna bulunya. Ayam Arab dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis bulunya yaitu jenis silver (berwarna putih mengkilap atau orang menyebutnya perak) dan jenis gold (merah). Untuk jenis silver, bulu sepanjang leher berwarna putih mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu ekor dominan hitam bercampur putih. Sedang jenggernya kecil dengan warna merah menyala dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning.  ArabSilver (braekel kriel silver) dan Gold (braekel kriel gold). Sekarang ini ayam Arab menjadi primadona kalangan peternakan di Indonesia.Sebenarnya ayam Arab terdiri atas dua jenis, yaitu ayam ArabSilver (Brakel Kriel-Silver) dan ayam ArabGolden (Brakel Kriel-Golden). Namun dalamperkembangannya di masyarakat, ayam Arab Silver lebih banyak dikenal dandibudidayakan dibandingkan dengan ayam Arab Golden. Penentuan nama diatasdibedakan berdasarkan pada warna bulunya (Natalia et al.2005). Jenis ayamArabSilver dan Gold dibedakan pada warna bulunya. Ayam ArabSilver memiliki bulu badan tebal dengan variasi warna bulu putih sedikit bertotol-totol hitam dari leher sampai kepala. Badan sampai ekor bertotol-totol hitam dengan garis-garis agak hitam. Warna lingkar mata hitam, warna kulit, kaki dan paruh kuning kehitaman. Ayam ArabGold memiliki ciri-ciri bulu badan tebal dengan variasi warna bulu coklat dari leher sampai kepala. Badan sampai ekor coklat dengan garis-garis hitam. Warna lingkar mata,kulit, kaki dan paruh coklat kemerahan (Iskandar dan Sartika 2008; Bambang, 2000). Penampilan ayam Arab lebih menarik dibandingkan dengan ayam buraslainnya. Ayam ini mempunyai warna bulu dari kepala hingga leher putih keperakandan warna bulu totol hitam putih/lurik hitam putih dan lebih homogen dengan warnadasar hitam dihiasi warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung dan sayap(Natalia et al.2005 dan Nataamijaya 2003).

C.      Bentuk Jengger Ayam Arab

Menurut Irawadi (2010), ayam Arab mempunyai jengger yang berbentuk kecil berwarna merah muda.Menurut Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bahwa ayam Arab memiliki sifat kualitatif antara lain berjengger tunggal (Single) dan berwarna merah, pial berwarna merah, memiliki warna seragam dengan warna dasar hitam dihiasi warna putih di daerah kepala, leher, dada, punggung, dan sayap, dan berwarna putih pada paruh, kulit, dan sisik kaki.Sedangkan menurut Pambudhi (2003), ayam Arab, khususnya ayam Arabmerah (Golden Red) memiliki sifat kualitatif antara lain memiliki bulu berwarna kuning keemasan di leher dan totol-totol hitam di sekitar sayap dan paha, sertashank berwarna abu-abu. Adapun menurut Sukmawaty (2011), pejantan pada ayam Arab pada umur 1 minggu sudah tumbuh jengger,berbentuk tunggal dan bergerigi. Akan tetapi pada ayam betina jengger yang dimiliki tipis namun tetap bergerigi. Menurut pendapat Sulandari et al. 2007), jengger ayam Arab jantan berwarna merah, besar dan tipis. Ukuran jengger ayam betina lebih kecil dibandingkan ayam jantan. Berikut adalah jengger dari ayam Arab betina maupun jantan (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Bentuk Jengger Ayam Arab Jantan Sumber : epetani.deptan.go.id

Gambar 2. Bentuk Jengger Ayam Arab Betina Sumber :budidaya-ayam-arab.blogspot.com

Tinggi jengger merupakan penciri ukuran tubuh yang ditemukan pada ayam Arab dan ayam Pelung. Nataamijaya et al. (2003) menyatakan bahwa ayam Arab dan ayam Pelung memiliki tipe jengger yang sama yaitu berbentuk tunggal tegak berdiri (serrated single comb). Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran jengger dipengaruhi oleh kerja hormon yang timbul sebagai salah satu karakter kelamin sekunder. Hutt (1949) menyatakan bahwa ukuran tinggi jengger dipengaruhi oleh aktivitas testis. Aktivitas testis mempengaruhi produksi hormon testosteron (Frandson 1992). Hormon testosteron mempengaruhi sifat kejantanan. Pada ayam Pelung sifat kejantanan diindikasikan dengan pertumbuhan yang cepat (Iskandar dan Saepudin, 2004), sedangkan pada ayam Arab, sifat kejantanan diindikasikan dengan kemampuan ayam Arab untuk mengawini betina yang tinggi (Natalia et al. 2005

D.      Ukuran Tubuh Ayam Arab

Keragaman sifat ukuran-ukuran tubuh ayam Arab ditemukan lebih besar pada betina, kecuali pada lingkar shank. Pada jenis ayam yang lain yaitu ayam Kampung dan Pelung, hal tersebut tidak terjadi. Pada kedua jenis ayam tersebut, keragaman sifat ukuran tubuh tidak konsisten untuk jantan dan betina. Beberapa sifat ditemukan tinggi pada jantan dan beberapa sifat lainnya ditemukan tinggi pada betina.

Gambar 3. Ayam Arab Jantan (A) dan Ayam Arab Betina (B)

Sumber : Feathersite

Ditinjau dari segi perbedaan ukuran linier tubuh ayam Arab dengan jenis ayam yang lain seperti ayam kampung maupun dengan ayam Pelung sangatlah berbeda. Perbedaan ini disebabkan asal usul ayam Arab berbeda dengan ayam Kampung dan Pelung. Ayam Arab adalah ayam petelur yang berasal dari Belgia, sedangkan ayam Kampung dan Pelung adalah ayam asli Indonesia (Nataamijaya 2000; Nataamijaya et al. 2003). Nataamijaya et al. (2003) menambahkan selain berasal dari tempat yang berbeda, arah seleksi ayam Arab ayam Kampung dan ayam Pelung berbeda pula. Ayam Arab dipelihara untuk tujuan produksi telur yang tinggi, sehingga ayam Arab memiliki tubuh yang ramping dan digolongkan ke dalam ayam tipe ringan. Ayam Kampung merupakan ayam dwiguna yaitu ayam dipelihara untuk memproduksi telur dan daging sehingga ayam Kampung termasuk ke dalam tipe sedang. Ayam Pelung selain sebagai ayam penyanyi, juga dipelihara sebagai ayam pedaging sehingga dapat digolongkan ke dalam tipe berat (Nataamijaya et al. 2003).Selain itu, pada dasarnya jenis ayam Arab merupakan ayam yang sangat diseleksi ketat, yaitu seleksi buatan. Sedangkan pada jenis ayam Kampung dan ayam Pelung seleksi yang dilakukan belum terlalu ketat seperti ayam Arab.

Ditinjau dari segi bentuk tubuh bentuk tubuh ayam Arab dan ayam Kampung memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata, terutama pada jantan. Skor bentuk pada ayam Kampung jantan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam Arab jantan. Sedangkan pada ayam Pelung, bentuk tubuh ayam Pelung jantan berada diantara ayam Arab dan ayam Kampung dengan skor ukuran terbesar. Bentuk betina pada ayam Arab dan ayam Kampung juga berbeda, namun di sisi lain, betina ayam Kampung lebih dekat dengan kelompok ayam Pelung. Hal tersebut terjadi karena kesamaan asal usul antara ayam Kampung dengan ayam Pelung (Nataamijaya et al. 2003; Natalia et al. 2005).

E.       Keseragaman Ayam Arab

Produktivitas ayam pedaging maupun petelurdipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya keseragaman. Keseragaman yang baik dapat diartikan ayam dalam 1 populasi memiliki kesamaan. Kondisi ini menjadi syarat penting agar produksi bisa mencapai puncak. Keseragaman menjadi ukuran variabilitas ayam dalam suatu populasi. Secara fisik, berat badan ayam pedaging haruslah seragam. Dalam hal ini yang seragam adalah bobot tubuh ayam yang sesesuai dengan standar atau dengan umur.

Sekumpulan ayam dengan tingkat keseragaman yang baik, yaitu setidaknya 80% ayam memiliki berat badan, kerangka tubuh dan kedewasaan kelamin yang sama. Dengan kondisi ini, manajamen pemeliharaannya menjadi relatif mudah untuk diterapkan, seperti manajemen ransum, program pencahayaan dan vaksinasi. Kebutuhan ayam akan terpenuhi dengan baik dan respon fisiologis juga akan sama. Kondisi ini sangat diperlukan guna mencapai target produksi yang optimal. Berikut adalah data keseragaman yang didapatkan selama pemeliharaan ayam Arab periode starter-grower.

Tabel 1. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 1 (Selasa)

Grafik 1. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 1 (Selasa)

Dari proses pemeliharaan yang dilakukan selama 6 minggu, dihitung dari minggu 0 sampai minggu 5 didapatkan presentase keseragaman yang berbeda dari minggu ke minggu dalam setiap kandang pemeliharaan. Untuk kelompok 1 (Selasa), data keseragaman minggu 0 sampai minggu 5 berturut-turut yaitu 11,11 % ; 36%; 26,92%; 54,17%; 0%; dan 9,09%. Data ini menunjukkan bahwa keseragaman bobot ayam Arab kelompok 1 masih jauh dari standar yang diharapkan yaitu sekitar 80 %. Ada satu hal yang patut disoroti yaitu keseragaman pada minggu ke-4. Keseragaman 0% berarti bobot badan dari ayam kelompok 1 sangat bervariasi dengan rentang yang sangat besar. Hal ini juga dapat mengindikasikan terjadi kesalahan sewaktu penimbangan ataupun kesalahan dalam melakukan penghitungan persentase keseragaman. Dari data tersebut dapat juga dilihat bahwa keseragaman bobot badan setiap minggu mengalami fluktuasi. Fluktuasi yang terjadi ini dapat disebabkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan pakan, sehingga terdapat ayam-ayam tertentu yang mendapatkan pakan banyak dan ayam-ayam yang mendapatkan pakan sedikit atau bahkan tidak mendapatkan pakan sama sekali.

Ditinjau dari segi jumlah ekornya pun, keseragaman yang paling rendah berdasarkan Grafik 1. Bertepatan pada minggu ke-6 dengan jumlah ayam 22 ekor. Sedangkan keseragaman yang paling tinggi didapatkan pada minggu ke-3 dengan jumlah ayam 24 ekor.

Tabel 2. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 2 (Selasa)

Grafik 2. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 2 (Selasa)

Sama seperti kelompok 1, kelompok 2 juga memiliki data keseragaman yang belum sesuai dengan standar. Data keseragaman bobot badan ayam kelompok 2 berturut-turut adalah: 48,148%; 30,76%; 34,615%; 42,31%; 36%; dan 32 %. Data keseragaman ini menunjukkan bobot badan ayam dalam kandang 2 bervariasi dengan rentang yang besar. Data pada kelompok 2 juga menunjukkan bahwa di minggu ke-0, keseragaman yang didapatkan persentase yang paling tinggi dengan jumlah ayam yang paling tinggi juga. Berbeda dengan kelompok 1, dengan jumlah ayam yang terbanyak, keseragaman yang didapatkan hanya mencapai 11,11%. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa penampilan terbaik yang didapatkan kelompok 2 dengan keseragaman terbaik diraih pada minggu ke-0.

Tabel 3. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 3 (Jumat)

Grafik 3. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 3 (Jumat)

Data keseragaman untuk kelompok 3 yaitu : 41,38%; 48,15%; 44%; 48%; 52%; dan 56 %. Berdasarkan Grafik 3. keseragaman yang didapatkan, tidak terjadi fluktuasi yang dominan.Jika dibandingkan dengan dua kelompok lainnya, keseragaman bobot badan ayam kelompok 3 lebih baik, karena mampu mencapai keseragaman 50% yang berarti setengah dari jumlah total ayam kelompok 3 memiliki bobot badan yang relatif sama. Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-3, data keseragaman kelompok 3 semakin baik, dengan grafik yang cenderung meningkat, disertai dengan jumlah ayam yang sama. Selain itu, selisih persentase antar keseragaman pun tidak terlalu jauh.

Tabel 4. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 4 (Jumat)

Grafik 4.Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 4 (Jumat)

Berdasarkan Tabel 4, data keseragaman bobot badan ayam kelompok 4 yang tertinggi didapatkan pada minggu ke-5 mencapai lebih dari 50%. Sedangkan keseragaman terendah mencapai lebih dari 33%.  Data ini juga belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selisih penurunan yang terjadi antara minggu ke-0 hingga minggu ke-1 cukup besar. Akan tetapi di sisi lain, pada minggu ke-3 hingga minggu ke-5, Grafik 4. menunjukkan bahwa grafik cenderung meningkat. Dibandingkan dengan kelompok 3, kelompok 4 mengalami 2 kali penurunan persentase keseragaman, sedangkan pada kelompok 3 hanya terjadi 1 kali penurunan. Namun, keseragaman yang didapatkan kedua kelompok tersebut sudah cukup bagus, karena pada minggu-minggu terakhir, capaian keseragaman cenderung meningkat hingga lebih dari 50%.

Tabel 5. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 5 (Jumat)

Grafik 5. Hasil Keseragaman Ternak Ayam Arab Kelompok 5 (Jumat)

Selama pemeliharaan 6 minggu, kelompok 5 mendapatkan data keseragaman bobot badan dari pemeliharaan yang dilakukan, yaitu : 74,07%; 51,85%, 70,37%, 59,26%, 59,26%; dan 66,67%. Berdasarkan data keseluruhan kelompok, data keseragaman kelompok 5 lebih mendekati standar 80%. Tingkat kematian pada kelompok 5 pun 0%. Data keseragaman kelompok 5 jauh lebih baik dari kelompok lainnya karena data keseragaman tertinggi terdapat di kelompok 5 yaitu 74,07%. Hasil ini menunjukkan 70% dari jumlah total ayam yang dipelihara kelompok 5 memiliki bobot badan yang seragam. Akan tetapi, walaupun keseragaman tertinggi didapatkan kelompok 5, fluktuasi tetap terjadi. Berdasarkan Grafik 5. menunjukkan bahwa keseragaman kelompok ini mengalami 2 kali penurunan. Bahkan dengan selisih penurunan yang tidak sedikit pada minggu ke-0 hingga minggu ke-1, yaitu mencapai lebih dari 20%. Kemudian terjadi penurunan kembali pada minggu ke-2 hingga minggu ke-3.

Berdasarkan data keseluruhan di atas, dapat dianalisis bahwa persentase keseragaman bobot ayam antar setiap kelompok dan setiap minggunya berbeda. Keseragaman tertinggi terdapat pada kelompok 5 dengan capaian keseragaman hingga 74,07%. Sedangkan keseragaman yang paling stabil terdapat pada kelompok 3, dengan range/selisih penurunan yang rendah. Perbedaan keseragam ini dapat terjadi karena beberap hal. Banyak faktor yang mempengaruhi termasuk faktor eksternal maupun dari ternak itu sendiri (internal). Faktor internal seperti kualitas DOC, hal ini mempengaruhi fluktuasi keseragaman ini. Akan tetapi, jika dilihat dari kualitas DOC, ayam yang dipelihara berasal dari satu tempat penetasan yang sama. Sehingga faktor dari segi kualitas DOC tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap variasi dan fluktuasi bobot ayam.

Variasi dan fluktuasi bobot ayam yang dipelihara, lebih disebabkan karena faktor eksternal seperti kepadatan kandang, tempat ransum dan tempat air, kenyamanan kandang, dan program kesehatan yang tepat. Jika dilihat dari luasan kandang yang digunakan, setiap kandang pemeliharaan praktikkan memiliki jumlah ternak ayam yang berbeda. Luasan kandang berhubungan dengan kepadatan kandang. Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan kompetisi dalam mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen. Kompetisi ini akan memunculkan ayam yang kalah dan menang sehingga pertumbuhannya menjadi tidak seragam. Akan tetapi hal tersebut berbanding terbalik dengan keseragaman yang dicapai kelompok 5. Dengan jumlah ayam yang terbanyak, keseragaman yang didapatkan pun tinggi. Berbeda dengan kondisi kelompok 1. Kelompok 1, pada minggu ke-3 dengan jumlah ayam sebanyak 24 ekor, merupakan keseragaman tertinggi yang didapatkan dengan kondisi kandang kelompok 1. Kondisi kandang kelompok 1 dan kelompok 5 tentu berbeda, tapi luasan kandang yang digunakan sama. Artinya, faktor luasan kandang bukan merupakan faktor utama variasi dan fluktuasi bobot badan ternak.

Adapun faktor yang paling mempengaruhi keseragaman ayam Arab pada pemeliharaan ini adalah daei segi manajemen pemberian pakan dan kenyaman ternak itu sendiri. Jumlah dan distribusi tempat ransum dan air minum harusnya sesuai dengan populasi ayam sehingga suplai ransum dan air minum sesuai dengan kebutuhan. Kontinuitas jam pemberian pakan pun harus ditekankan. Keenam kelompok mempunyai jam masing-masing dalam pemberian pakan. Hal tersebut dapat mempengaruhi konsumsi pakan ayam. Terlebih lagi, terjadi kelalaian-kelalaian praktikkan dalam pemberian pakan, sehingga terjadi penurunan bobot badan ayam yang kurang bisa beradaptasi.

Ditinjau dari segi kenyaman ternak,  ayam akan tumbuh dan berproduksi secara optimal jika dipelihara di kandang yang nyaman. Kenyamanan ini bisa ditunjukkan dari suhu (25-28^oC) dan kelembaban udara (70%) kandang.Selain itu, sirkulasi udara harus diperhatikan sehingga mampu membawa keluar gas berbahaya, seperti amonia, CO₂ dan memasukkan O₂ secara optimal. Manajemen buka tutup tirai perlu diterapkan secara tepat. Akan tetapi suhu dan kelembaban sendiri sangat dipengaruhi oleh iklim cuaca tempat kandang itu berada. Adapun kondisi cuaca saat pemeliharaan ayam Arab, tidak tentu. Ketika siang hari, rata-rata selama 6 minggu, kondisi matahari sangat terik, namun tiba-tiba hujan deras di sore hari. Hal ini dapat menyebabkan ayam mengalami stress. Ketika ayam sudah mengalami stress, maka dapat menyebabkan penurunan bobot badan.

Berbicara tentang kenyamanan ternak dan stress, kondisi pemelihara/praktikkan  yang cukup banyak pun sangat mempengaruhi. Saat penimbangan bobot ayam misalnya. Penimbangan bobot ayam dilakukan setiap minggunya di siang hari. Kondisi praktikkan yang banyak, penangkapan ayam untuk ditimbang bobotnya, kondisi panas di siang hari, hal-hal tersebut membuat ayam stress, sehingga dapat menyebabkan penurunan bobot badan. Setiap ayam mempunyai daya adaptasi yang berbeda terhadap stress. Sehingga perbedaan daya adaptasi terhadap stress itulah yang menyebabkan variasi dan fluktuasi bobot ayam Arab.

KESIMPULAN

Penampilan fisik dari ayam Arab dapat dilihat melalui pola warna bulu, bentuk jengger, dan ukuran dari ayam Arab itu sendiri. Berdasarkan data keseluruhan dari pemeliharaan ayam Arab, keseragaman dari kelima kelompok sangat beragam. Adapun nilai keseragaman tertinggi didapatkan oleh kelompok 5 (Jumat), sedangkan nilai keseragaman terstabil didapatkan kelompok 3 dengan penurunan keseragaman yang terjadi hanya satu kali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Cara Memelihara Ayam Negeri. http://www.peternakan.com/Tip/Ayam/topik01,diakses pada 11Juni 2013.

Bambang. 2000. Cara Sukses Beternak AyamPetelur.www.warintek.ristek.go.id%2Fpeternakan%2Fbudidaya%2Fayam_buras.pdf. Diakses tgl 8 Februari2012.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan : B. Srigandono. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Hutt, F. B. 1949. Genetics of The Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.

Iskandar S dan Sartika T. (2008). ProfileAyam Arab. http://sentralternak.com/-index.php/ 2008/08/02/profileayam-Arab/. Diakses tgl 12 Februari2012.

Nataamijaya, A. G., D. Sugandi., D. Muslih dan Mujiono. 1989. Performans ayamPelung di daerah transmigrasi Batumerta,Sumatera Selatan. ProceedingSeminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Fakultas Peternakan. UniversitasDiponegoro, Semarang.

Nataamijaya. A. G., A. R. Setioko, B. Brahmantiyo dan K. Diwyanto. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab, dan Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Hal: 353-359.

Natalia, H., D. Nista, Sunarto dan D. S. Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa, Palembang.

Natalia, H., Delly, N., Sunarto dan Dwi, S. Y. 2005. Pengembangan ayam Arab.Direktorat Jenderal Peternakan. Balai Pembibitan Ternak Unggul SapiDwiguna dan Ayam, Sembawa.

Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi and S.S. Mansjoer. 1982. Body measurement and analysis of external genetic characters of Indonesian native fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 73-83.

LAMPIRAN

Rekapitulasi Data Pemeliharaan Ayam Arab Kelompok

A.    Rekapitulasi Data Pemeliharaan Ayam Arab Kelompok 1 (Selasa)

B.     Rekapitulasi Data Pemeliharaan Ayam Arab Kelompok 2 (Selasa)

C.     Rekapitulasi Data Pemeliharaan Ayam Arab Kelompok 1 (Jumat)

D.    Rekapitulasi Data Pemeliharaan Ayam Arab Kelompok 2 (Jumat)

E.     Rekapitulasi Data Pemeliharaan Ayam Arab Kelompok 3 (Jumat)

Penimbangan Bobot Ayam Kelompok 3 (Jumat)

Kondisi Ayam Arab di Kandang Kelompok 3 (Jumat)