Mata
Kuliah : Industri Pakan Dosen :
Hari/tanggal : Kamis/ 8 Mei 2014 Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc
Dr.
Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc
PACKAGING,
LABELING DAN UJI PERUBAHAN FISIK PRODUK PELET DAN CRUMBLE
Kelompok 1 :
Ayu Vera A D14124006
Agustin Herliatika D24110004
Raden Nopiani H D24110059
R. Hana Nurfitriani A D24110067
Lukman Maulana D24110082
Eko Aprian U. D24135002
Yudha Endra P. D24135008
Rahma Febriana D24135004
DEPARTEMEN ILMU
NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Latar
Belakang
Pakan
merupakan komponen utama dalam sebuah peternakan, bahkan pakan merupakan biaya terbesar
yang dikeluarkan dalam pemeliharaan ternak. Kualitas pakan sangat menentukan produktifitas
ternak, semakin baik kualitas pakan maka produktifitasnya pus semakin tinggi. Pakan
dalam bentuk ransum merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang
disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi)
sebelumnya berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan.
Karakteristik atau sifat ransum
sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan.
Kebanyakan peternak lebih memilih menggunakan ransum buatan pabrik ketimbang
memformulasi sendiri, hal ini menyebabkan biaya produksi lebih besar. Padahal
ketersediaan bahan baku lokal cukup banyak dan mudah didapatkan. Akan tetapi
kebanyakan bahan pakan ternak mempunyai perbedaan karakteristik atau
sifat.Selain bentuk ransum, penyimpanan juga turut andil dalam mendukung
keberhasilan bisnis beternak, karena salah satu fungsi penyimpanan adalah
menjaga stabilitas ketersedian pakan yang cukup dan aman untuk dikonsumsi
ternak. Pakan yang sudah jadi (siap konsumsi) pada umumnya telah mengalami perubahan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Bahan
bakupakan yang menyusun pakan jadi harus diawasi kualitasnya juga. Pengujian bahan
baku pakan dapat berupa pengujian fisik dan pengujian kimiawi. Salah satu uji yang digunakan
untuk mengukur kualitas ransum ini adalah uji sifat fisik, yaitu : berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpuan, dan sudut tumpukan.
Sekurang-kurangnya keempat uji ini sangat penting diketahui oleh para peternak,
karena disamping bisa dijadikan indikator penurunan kualitas ransum, turut juga
mempengaruhi volume ruang penyimpanan baik curah atau berwadah, penimbangan dan
pengangkutan.
Tujuan
Untuk
mengetahui perubahan fisik (uji berat jenis, kerapatan tumbukan, kerapatan
tumpukan padatan, sudut tumpukan, daya ambang, dan juga tingka tkehalusan)
produk pellet.
TINJAUAN PUSTAKA
Pellet
Pellet merupakan ransum berbentuk silinder atau tabung
dengan diameter tertentu, atau berbentuk bulat mengandung nutrien lengkap yang
diformulasikan sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan ternak pada umumnya
diperuntukkan untuk unggas. Menurut Rizal (2005), Pellet adalah bentuk ransum
yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang telah
dihitung dan ditentukan. Kemudian bahan-bahan tersebut diolah menggunakan mesin
pellet (pelletizer). Tujuan ransum dibuat menjadi pellet untuk mengurangi loss nutrisi dan dalam bentuk yang lebih
utuh. Pengolahan limbah padat industri menjadi bentuk pellet untuk meningkatkan
kecernaan, meningkatkan efisiensi, memudahkan penanganan dan transportasi.
Selain itu pengolahan pakan menjadi pellet dapat mengurangi sifat voluminus,
sehingga dapat meningkatkan konsumsi bahan kering, mengurangi pakan tercecer
tersisa (Slinger, 1973).
Berat
Jenis
Berat jenis merupakan
perbandingan antara berat dengan volume bahan. Sampel bahan dimasukkan
ke dalam gelas ukur 100 mL menggunakan
sendok secara perlahan sampai mencapai volume
30 mL. Gelas ukur yang sudah berisi bahan
ditimbang. Selanjutnya sebanyak 50
mL
aquades dimasukkan ke dalam gelas ukur
tersebut.
Untuk menghilangkan udara antar partikel maka dilakukan pengadukan menggunakan
pengaduk. Sisa bahan yang menempel pada pengaduk dibilas dengan
cara menyemprotkan aquades dan ditambahkan ke dalam
volume awal. Pembacaan volume akhir
dilakukan
setelah konstan. Perubahan volume
bahan
setelah dicampur aquades merupakan
volume
bahan sesungguhnya (Widyaningrum, 2007).
Kerapatan
Tumpukan
Kerapatan tumpukan diukur dengan
cara mencurahkan bahan ke dalam gelas ukur
dengan menggunakan corong dan sendok teh sampai volume
100 ml. Gelas ukur yang telah berisi bahan
ditimbang.
Perhitungan kerapatan tumpukan adalah dengan
cara membagi berat bahan dengan volume ruang
yang ditempatinya (gram/mL). Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara
berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kg/m3.
Kerapatan tumpukan memiliki pengaruh terhadap daya campur dan ketelitian
penakaran secara otomatis seperti halnya dengan berat jenis. Sifat fisik ini
memegang peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan
suatu bahan dengan berat jenis tertentu seperti pada pengisian alat pencampur,
elevator, dan silo. Nilai kerapatan tumpukan menunjukkan porositas dari bahan,
yaitu jumlah rongga udara yang terdapat diantara partikel- partikel bahan
(Khalil, 1999)
Sudut
Tumpukan
Sudut Tumpukan
adalah sudut yang dibentuk oleh bahan pakan diarahkan pada bidang datar. Tumpukan akan terbentuk bila bahan dicurahkan pada bidang datar melalui
sebuah corong serta mengukur kriteria kebebasan bergerak dari partikel pada
sudut tumpukan bahan (Geldart et al.
1990). Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak pakan dalam tumpukan. Sudut tumpukan berperan antara lain
dalam menentukan flowabivity (kemampuan mengalir suatu bahan, efisiensi
pada pengangkutan atau pemindahan secara mekanik, ketepatan dalam penimbangan
dan kerapatan kepadatan tumpukan (Thomson 1984). Sudarmadji (1997) menyatakan bahwa
sudut tumpukan antara 30-39o termasuk ke dalam kelompok sedang,
dimana sifat kemudahan bahan pakan dalam penanganan atas dasar pengangkutan
relatif sedang. Fasina & Sokhansanj (1993) juga menyatakan bahwa
sudut tumpukan 25-30° sangat mudah mengalir, sudut 30-38° mudah mengalir, sudut
38-45° mengalir, sudut 45-55° sulit mengalir, dan sudut >55° sangat sulit
mengalir.
METODE
Materi
Uji Fisik Pellet
Alat-alat yang digunakan dalam uji
fisik pellet yaitu corong, kaki tiga, mistar, tabel tangen, stopwatch,
durability tester, gelas ukur, batang pengaduk, dan vibrator ball mill.
Sedangkan bahannya adalah sampel bahan pakan pellet.
Metode
Berat Jenis
Penentuan berat jenis bahan
dilakukan dengan melihat perubahan volume aquades pada gelas ukur. Sampel
ditimbang sebanyak 50 gram dan dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian
ditambahkan aquades sebanyak 150 ml. Sampel diaduk hingga homogen, setelah itu
volume akhir dibaca dan dicatat. Berat jenis dihitung menggunakan rumus:
Kerapatan
Tumpukan
Sampel
ditimbang sebanyak 100 gram dan dituang ke dalam gelas ukur. Volume bahan
diamati dan dicatat tanpa pemadatan.
Kerapatan
Pemadatan Tumpukan
Sampel yang
telah dituang ke dalam gelas ukur dan telah diamati volume kerapatan
tumpukannya, kemudian di padatkan dengan cara dihentakkan ke lantai hingga
padat. Perubahan volume sampel diamati dan dicatat.
Sudut Tumpukan
Pengukuran sudut tumpukan dilakukan
dengan cara bahan dijatuhkan pada ketinggian tertentu melalui corong pada
bidang datar. Ketinggian bahan harus berada di bawah corong. Tinggi tumpukan
diukur menggunakan jangka sorong pada tumpukan yang paling tinggi. Pengukuran
diameter dilakukan pada sisi tumpukan menggunakan mistar. Besarnya sudut
tumpukan dapat dihitung menggunakan rumus :
Durabilitas
Bakan pakan pellet ditimbang
sebanyak 500 gram, kemudian dimasukkan ke dalam alat durability tester dengan
putaran 50 rpm selama 10 menit. Stelah itu, pellet dikeluarkan dan diayak
menggunakan vibrator ball mill pada sieve no 4. Sampel bahan pakan pellet yang
tersisa pada sieve no 4 ditimbang dan dicatat. Persentase durabilitas dapat
dihitung dengan rumus :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pellet yang
telah dibuat kemudian dilakukan pengujian terhadap sudut tumpukan, kerapatan,
kepadatan rapatan, berat jenis, pellet durability indeks, dan ukuran partikel.
Berikut ini merupakan hasil data pengamatan dari pellet tersebut
Tabel
Hasil Ukuran Partikel Pellet
no sieve
|
berat (g)
|
No Perjanjian
|
4
|
154,6
|
7
|
8
|
42,1
|
6
|
16
|
5,5
|
5
|
30
|
4,2
|
4
|
50
|
3,6
|
3
|
100
|
1,0
|
2
|
Pan
|
0,1
|
0
|
Total
|
211,1
|
Tabel
2. Uji sifat fisik pellet
|
ST
|
PDI
|
UP
|
KT
|
KPT
|
BJ
|
Pellet
|
|
|
|
|
|
|
1,433
|
0,355
|
39,324%
|
|
0,465
|
0,581
|
1,433
|
Pembahasan
Ransum berbentuk pellet sebagai bentuk massa dari bahan
pakan atau ransum yang dibentuk dengan cara menekan dan memadatkan melalui
lubang cetakan secara mekanis ( Hartadi et al, 1980). Menurut robinson (1961)
pada umumnya pellet dibuat dengan ukuran garis tengah 0,39 cm sampai 1,9 cm
disesuaikan oleh jenis ternaknya. Kerapatan tumpukan merupakan perbandingan
antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya (Khalil, 1999). Nilai
kerapatan tumpukan pellet pada praktikum sebesar 0,581
gram/cm3. Johnson
(1994) berpendapat bahwa kerapatan tumpukan akan semakin meningkat dengan
semakin banyak jumlah partikel halus dalam ransum. Nilai
tingkat kehalusan terbagi menjadi tiga yaitu 4,1-7,0 termasuk kategori bahan
kasar, 2,9-4,1 termasuk kategori bahan medium dan lebih kecil dari 2,9 termasuk
kategori bahan halus. Bahan dengan kerapatan
tumpukan tinggi membutuhkan waktu jatuh dan mengalir yang lebih singkat
daripada bahan ransum dengan kerapatan tumpukan yang rendah.
Kerapatan pemadatan tumpukan merupakan
perbandingan antara berat bahan Sterhadap volume ruang yang
ditempatinya setelah melalui proses pemadatan. Nilai kerapatan pemadatan
tumpukan pellet pada praktikum
adalah 0,581
gram/cm3 .Nilai
kerapatan pemadatan tumpukan sangat penting diketahui karena sangat bermanfaat
pada saat pengisian bahan ke dalam wadah yang diam tetapi bergetar. menyebabkan
bobot bahan setiap satuan volume meningkat. Kerapatan pemadatan tumpukan dan
kerapatan tumpukan mempunyai hubungan sangat erat dan sangat berperan terhadap
penentuan kapasitas silo dan pencampuran bahan. Kerapatan 10 pemadatan tumpukan
menurun dengan semakin tingginya kandungan air. Gautama (1988) yang menyatakan bahwa pemadatan pada bahan
yang mempunyai berat jenis tinggi akan meningkatkan tingkat kepadatannya,
sehingga berat bahan tiap satuan volume akan meningkat. Selain berat jenis yang
mempengaruhi nilai kerapatan pemadatan stumpukan, faktor lain yang berpengaruh
menurut Sayekti (1999) adalah intensitas 35 dan cara pemadatan. Intensitas dan
cara pemadatan yang berbeda pada setiap perlakuan dapat mempengaruhi nilai
kerapatan pemadatan tumpukan bahan pakan.
Menurut Khalil (1999) berat jenis atau disebut juga
dengan berat spesifik, merupakan perbandingan antara massa bahan terhadap
volumenya. Berat jenis memgang peranan penting dalam berbagai proses
pengolahan, penanganan dan penyimpanan. Bj merupakan faktor penentu dari
kerapatan tumpukan. Pemadatan pada bahan yang mempunyai berat jenis tinggi akan meningkatkan tingkat kepadatannya, sehingga berat bahan
tiap satuan volume akan meningkat (Gautama,
1998). Dari praktikum yang telah
dilakukan berat jenis mempunyai nilai sebesar 1,368. Hasil yang didapat ini mendekati dengan yang
dikemukakan oleh Agustina (2005) bahwa berat jenis pellet berkisar ± 1,35. Jadi
berat jenis pellet yang dibuat sudah cukup baik.
Ukuran partikel merupakan salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap sifat fisik dan proses
produksi pellet. Penentuan besarnya nilai ukuran partikel bahan
berdasarkan tingkat kehalusan yang diperoleh masing-masing perlakuan. Nilai
tingkat kehalusan terbagi menjadi tiga yaitu 4,1-7,0 termasuk kategori bahan
kasar, 2,9-4,1 termasuk kategori bahan medium dan lebih kecil dari 2,9 termasuk
kategori bahan halus.
Sudut tumpukan (angle
of repose) adalah sudut yang terbentuk jika bahan dicurahkan pada bidang
datar melalui sebuah corong yang beralaskan bidang datar, sehingga membentuk
sudut antara sisi tumpukan bahan dengan garis horizontal. Sudut tumpukan terbagi
menjadi dua yaitu sudut tumpukan statis dan sudut tumpukan dinamis. Sudut
tumpukan statis adalah sudut yang terbentuk pada saat bahan padat yang granular
meluncur secara bebas sedangkan sudut tumpukan dinamis adalah sudut yang
terbentuk ketika bahan padat dikeluarkan dari bin atau silo secara. Soesarsono
(1988) berpendapat bahwa nilai sudut tumpukan sangat berperan dalam mendesain
corong pemasukan (hopper) atau corong pengeluaran, misalnya pada silo atau pada
mesin pengolah. Bahan padat dapat mengalir bebas jika sudut corong pemasukan
atau pengeluaran harus sama atau lebih kecil daripada sudut tumpukan bahan.
Sudut tumpukan akan mempengaruhi laju alir suatu bahan terutama pada saat
pengangkutan maupun pembongkaran dengan menggunakan alat mekanik seperti
traktor, sekop dan conveyor. Ransum crumble dapat
dikategorikan pada ransum bentuk padat, menurut Khalil (1999b) ransum bentuk
padat memiliki sudut tumpukan berkisar antara 20˚ dan 50˚.
Selanjutnya Fasina and Sokhansanj (1993)
mengklasifikasikan laju alir bahan padat berdasarkan besarnya sudut tumpukan,
yaitu sangat mudah mengalir (20-30˚), mudah mengalir (30-38˚), sedang (38-45˚)
dan sulit (45-55˚). Anggraeni (2003) bahwa semakin besar ukuran partikel pellet
maka sudut tumpukan semakin kecil.
Pellet
yang baik adalah pellet yang memiliki index ketahanan (pellet durability index)
yang baik sehingga dalam proses penanganan dan transportasi pellet tidak
mengalami kerusakan secara fisik, tetap kompak, kokoh dan tidak mudah rapuh.
Dozier (2001) menyatakan bahwa standar spesifikasi pellet durability index
(PDI) minimum adalah 80%. Daya tahan pellet dipengaruhi oleh komposisi kimiawi
bahan yaitu lemak, pati, protein, serta serat (Ginting, 2009). Pellet
Durability Index juga dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel pellet. Makin
kecil ukuran pellet maka semakin menunjang kekerasan dan ketahanan pellet yang
dihasilkan, karena semakin banyak pati yang diubah oleh uap panas menjadi
perekat maka dapat membantu proses perekatan partikel-partikel dalam bahan
baku. Dari praktikum yang dilakukan nilai PDI pada pellet
hanya sebesar 39,324%. Kisaran ini tidak sesuai dengan Dozier (2001) bahwa
nilai durability untuk pellet broiler adalah minimum 80 %. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pellet pada penelitian ini termasuk pellet yang
lemah dan mudah hancur selama penanganan dan pengangkutan (transportasi). Pellet
yang kuat, kokoh, dan tidak mudah hancur dapat memenuhi selera konsumen
(peternak). Maka pellet tersebut belum layak untuk di sebarkan dipasaran.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum ini, nilai berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan pada ransum.. BJ 1,4 gr/cm3, 0,47 gr/cm3,0,58
gr/cm3. Ini menunjukan bahwa bahan ransum sulit dicampur sehingga
dapat memisah kembali pada kerapatan pemadatan tumpukan , serta kurang homogennya pakan, dan penyebaran
partikel yang kurang merata.
DAFTAR PUSTAKA
Anggareni, C. S. 2004. Pengaruh penambahan tepung gaplek
sebagai perekat terhadap sifat fisik ransum broiler bentuk pellet. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor
Dozier, W. A. 2001. Pellet quality for more economical
poultry meat. J. Feed International. 52 (2): 40-42
Fasina, O. O. and Sokhansanj. 1993. Effect of moisture
content on bulk handling properties of alfafa pellets. J. Canad. Agric. Engin.
35 (4): 269-273.
Gautama. P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi,
sumber mineral dan hijauan pada kadar air dan ukuran partikel yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Geldart, D., M.F Mallet &
N.Rolfe. 1990. Assesing the flow ability of pounders using angle of respose. Handling and Prossesing, 2 (4): 341-345.
Johnson, J. R. 1994. The Realities of Bulk Solid Properties
Testing. Bulk Solid Handling. 14 (1) : 129-132.
Khalil. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel
terhadap perubahan perilaku fisik bahan pakan lokal: Kerapatan Tumpukan,
Kerapatan Pemadatan Tumpukan dan Berat Jenis. Media Peternakan vol.22, No. 1:
1-11.
Rizal, A. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara
Modern. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Sayekti, W. B. R. 1999. Karakteristik sifat fisik berbagai
varietas jagung (Zea
mayz.). Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Slinger,
S.J. 1973. Effect of Pelleting and Crumbling Method on the Nutritional Value of
Feeds Prodedding of Symphosium Effect of Processing on the Nutritional of
Feeds. natioNal Academi of Science .
Soesarsono.1988. Teknologi Penyimpanan Komoditas Pertanian.
Fakultas Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sudarmadji,
S. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan Pakan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Thomson,
F.M. 1984. Hand Book of Powders Science and Technology 391,
393, eds, M. E. Fayed and L. Otten.
New York.
Widyaningrum, F. 2007. Proses
produksi pakan PT. Japfa Cornfeed Indonesia Tbk unit tangerang-Banten. Laporan
Magang. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
BJ =
=
s
=
1,433 g/ml
KPT =
hiii anak pertika k 5 ?
BalasHapusBonus Casino Online Spesial Dari Agen Judi Online Bolavita !
BalasHapusBonus 100% Bila Menang Beruntun 8x, 9x, 10x
Tersedia Banyak Provider Yang Lengkap !
» SBOBET 338a
» SA Gaming
» Sexy Gaming
» Fun BET
» Asia Bet
» E-Bet
» WM Casino
Promo Spesial :
• Bonus Deposit Pertama 10%
• Bonus Deposit Harian 5%
• Bonus Rollingan 0.8%
• Bonus Referral 7% + 2%
Daftar & Klaim Bonusnya Sekarang Juga !
Tersedia Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita